Akibat belum adanya penjelasan resmi dari birokrasi Fakultas Sastra Universitas Jember (FS UJ), penutupan kantin sastra akhirnya menjadi perbincangan hangat di kampus dalam beberapa pekan terakhir. Namun Pembantu Dekan II (PD II) FS UJ, Dra. Latifatul Izzah, M.Hum., pada Rabu (24/09) akhirnya menyampaikan beberapa alasan ditutupnya kantin sastra kepada Ideas.id saat ditemui di ruang kerjanya.
Menurut Latifatul, salah satu pertimbangan yang dipakai saat pihaknya menutup kantin sastra adalah keberadaan kantin sastra tidak memenuhi persyaratan yang ada. “Kalau kantin di sini ndak memenuhi syarat, kalau menurut saya,” kata Latifatul.
Soal patokan harga makanan yang dibuat oleh pengelola kantin misalnya, lanjut Latifatul, juga dianggap terlalu mahal. Padahal sebelum dekanat memberikan izin pada pengelola kantin sastra, Latifatul juga menyebutkan bahwa pihaknya telah membuat berbagai persyaratan kepada pihak pengelola kantin sastra. Salah satu syarat yang dimaksud, pengelola kantin sastra tidak boleh mematok harga makanan terlalu mahal.
Namun pada kenyataannya pengelola kantin sastra, kata Latifatul, tidak mengikuti syarat yang telah ditentukan. “Terus Bu Iik ini kan dulu sering di kantin, itu harganya pasti seenaknya ibu itu (pengelola kantin sastra),” tutur Latifatul.
Akhirnya setelah melalui berbagai pertimbangan, dosen Jurusan Ilmu Sejarah ini pun menutup kantin sastra.
“Nah hal seperti itu kan seharusnya tidak terjadi. Kalau saya sebagai PD II ya ada persyaratannya, harganya harus murah. Terus pada kenyataannya habis itu kan mahal harganya. Ini gak benar, artinya kan dimonopoli sama seseorang,” tukasnya.
Tak hanya soal tingginya patokan harga makanan di kantin sastra, luas kantin sastra, oleh Latifatul, juga disebut terlalu kecil. Sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan mahasiswa dan dosen. Oleh karena itu dalam waktu dekat, pihaknya masih mengupayakan pembangunan sarana baru untuk mengganti kantin sastra, yaitu pujasera sastra.*
(Baca Juga: Sering Jadi Ruang Untuk Mengkritisi Kampus, Kantin Sastra Akhirnya Ditutup)
Penulis: Kholid Rafsanjani