Menggurat Visi Kerakyatan

Imasind Pentaskan Lautan Bernyanyi Karya Putu Wijaya di Teater Akbar 2025

Penulis: Desti Sagita
Editor: Ichwan Widiyanata Prayogi

62

Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia (Imasind) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (FIB Unej) menyelenggarakan pementasan teater berjudul Lautan Bernyanyi karya Putu Wijaya pada Kamis (30/10) di Gedung Soetardjo Universitas Jember. Pementasan ini menceritakan pertentangan antara pemikiran modern dan tradisi yang memunculkan latar kehidupan masyarakat Bali lengkap dengan mitos-mitos dan juga nilai spiritual yang ada.

Pementasan Lautan Bernyanyi berhasil menarik perhatian jajaran akademik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember. Sejumlah tamu undangan hadir untuk menyaksikan dan memberikan apresiasi atas kerja keras mahasiswa yang terlibat dalam pementasan ini. Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, Dr. Eko Suwargono, M.Hum., Ketua Jurusan Sastra Indonesia, Didik Suharijadi, S.S., M.A., serta pembina Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia (Imasind), Abu Bakar Ramadhan M., S.S., M.A., turut hadir dalam kegiatan tersebut.

Dalam sambutannya, Dr. Eko Suwargono menyampaikan apresiasi terhadap karya yang diangkat. “Hal ini sangat luar biasa karena Imasind menampilkan karya besar Putu Wijaya berjudul Lautan Bernyanyi. Sebagai penulis beraliran absurd, karyanya mengajak kita menikmati dan mengapresiasi paradigma teater absurd dalam konteks kehidupan, bangsa, dan negara,” ucapnya.

Dwi Latifatul Khoiroh, mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2022, sebagai sutradara, menjelaskan bahwa pemilihan naskah Lautan Bernyanyi karya Putu Wijaya berawal dari beberapa rekomendasi untuk naskah teater akbar. Namun, divisi Laku Kreatif akhirnya memilih naskah Lautan Bernyanyi karena isi naskahnya dianggap menarik, terutama terkait mitos yang berlatar di Bali. “Awalnya ada beberapa rekomendasi naskah, namun divisi Laku Kreatif memilih naskah ini karena isinya menarik, terutama terkait mitos Bali,” jelasnya pada Kamis (30/10).

Dwi juga mengungkapkan rasa bangganya terhadap para pemain yang telah menampilkan performa terbaik di atas panggung. Ia menilai kerja keras dan proses panjang yang dijalani para aktor akhirnya terbayar dengan hasil yang memuaskan. “Aku puas dengan hasil para tokoh. Awalnya mereka masih harus banyak belajar, tapi setelah pementasan hasilnya benar-benar keren. Aku sangat bangga,” tutur Dwi.

Shandrina Naurah Zahira, selaku pimpinan produksi (Pimpro), juga menyampaikan apresiasinya terhadap seluruh tim yang telah bekerja keras demi terselenggaranya pementasan tersebut. Ia mengakui bahwa selama proses persiapan, tidak sedikit kendala dan miskomunikasi yang terjadi. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat para anggota untuk tetap menampilkan hasil terbaik. “Meski sempat ada miskom dan kendala, kami tetap berusaha menampilkan yang terbaik. Baik tim produksi maupun kreatif sudah bekerja keras agar teater akbar 2025 ini tampil luar biasa,” ungkap Shandrina.

Elsa Roslina Bago, salah satu penonton teater akbar dari mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2025, menuturkan pesan yang ia tangkap dari pementasan Lautan Bernyanyi. Baginya, teater ini tidak hanya menghadirkan kisah mitos dan konflik antar keyakinan, tetapi juga menyimpan makna tentang hubungan manusia dengan alam. “Pesan yang aku dapat adalah kita harus menjaga alam seperti menjaga diri sendiri, karena manusia dan laut saling bertautan,” ujarnya.

Elsa juga memberikan tanggapannya setelah pertunjukan usai. Ia merasa kagum dengan kerja keras seluruh panitia yang telah menampilkan pementasan dengan sangat baik. “Teater akbar tahun ini sangat mantap. Semoga pementasan berikutnya lebih wah lagi. Aku juga berharap semakin banyak yang mengenal Imasind agar organisasi ini makin maju dan pengurusnya makin keren,” tutupnya. [] 

Leave a comment