Sempat Dilarang Jualan, Pedagang Keliling Masih Jadi Alternatif Mahasiswa dan Dosen
Pedagang keliling itu sempat dapat larangan berjualan di lingkungan kampus, sekitar awal Juni 2015. Namun mereka tetap berjualan, karena harus mencari nafkah untuk keluarga mereka
Suasana halaman perpustakaan Universitas Jember (UJ) tampak lengang, siang itu Kamis, 17 September 2015. Beberapa mahasiswa duduk berkelompok di pinggir lapangan, mencari tempat teduh. Beberapa lainnya berdiri mengantre, membeli aneka ragam makanan yang dijual pedagang keliling di pinggiran jalan.
Pedagang keliling itu sempat dapat larangan berjualan di lingkungan kampus, sekitar awal Juni 2015. Namun mereka tetap berjualan, karena harus mencari nafkah untuk keluarga mereka. Mereka tak punya pilihan lain, karena sebagian besar pelanggan mereka ada di lingkungan kampus.
Salah satu pedagang keliling bernama Doni, mengungkapkan bahwa telah banyak mahasiswa yang mengenalnya dengan sangat dekat. “Ya kan daripada ke luar kampus kan mending di sini,” kata Doni yang sudah berjualan keliling kampus sekitar satu tahun lalu.
Kedekatan antara pedagang keliling dan mahasiswa tidak hanya dialami oleh Doni. Rekan sesama pedagang Doni yang bernama Ridwan juga merasakan hal yang sama. Ridwan bahkan mengatakan telah lima tahun menjadi pedagang keliling di kawasan kampus.
Pelanggan tetap mereka sebagian berasal dari kalangan mahasiswa, karyawan, hingga dosen.
Meme, mahasiswi jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Jember, mengatakan bahwa harga makanan dan minuman yang dijual pedagang keliling lebih cocok dengan kantong mahasiswa. “Enak sih, kalau di kantin fakultas kadang harganya juga lebih mahal.”
Bahkan beberapa pelanggan mereka adalah petugas keamaan kampus yang dulu sempat melakukan penertiban terhadap pedagang keliling di dalam lingkungan kampus UJ. “Ya dosen ada, pak satpamnya kadang juga ada yang beli.” ungkap Doni, Ridwan, dan Udin yang juga pedagang di sekitar kampus UJ, saling menimpali satu sama lainnya.
Eddy Suhartono, Kepala Satuan Pengamanan UJ, bersikap maklum saat mendengar ada anggotanya yang sering membeli jajanan pada pedagang keliling di dalam kampus.
“Ya kalau urusan perut, itu macam-macam mbak,” tandasnya.[]
Editor: Kholid Rafsanjani