Pemred Partikelir: Keberimbangan Bukan Soal Konten Kritik, Wisasongko Seharusnya Paham Cover Both Side
Setelah mendapat klaim dari Pembantu Dekan III (PD III) Fakultas Sastra Universitas Jember (FS UJ), Wisasongko bahwa buletin Partikelir, terbitan Lembaga Pers Mahasiswa Sastra (LPMS Ideas) tidak berimbang, Pemimpin Redaksi buletin Partikelir, Winda Chairunnisyah Suryani akhirnya menyatakan sikap atas tuduhan tersebut. Pernyataan ini disampaikan setelah berita terkait klaim tersebut dimuat di Ideas.id. (Baca Juga: Wisasongko Menyebut Media Terbitan LPMS Ideas Tidak Berimbang)
Winda menyayangkan bila buletin Partikelir edisi Mafia Dana Praktikum Mahasiswa yang diterbitkan pada Juni lalu, oleh Wisasongko disebut sebagai media yang penuh dengan umpatan dan hujatan. Atas dasar tersebut, Wisasongko menyebut media bertagline “Nurani Mahsiswa” itu tidak berimbang. Wisasongko, kata Winda, seharusnya bisa memahami esensi berita dan opini, kemudian bisa membedakan dua elemen tersebut.
“Misalnya rubrik Laporan Utama buletin Partikelir pun semuanya berisi dari fakta, serta argumen dari hasil wawancara yang telah dilakukan langsung oleh tim. Bukan opini apalagi hujatan dari reporter atau redaksi,” kata Winda.
Soal klaim dari Wisasongko pun oleh Winda dianggap keliru, karena Wisasongko hanya mengacu pada banyaknya jumlah konten yang mengkritisi kampus. Keberimbangan berita menurut Winda seharusnya lebih dipahami pada aspek cover both side media, bukan pada seimbangnya kritik dan pujian terhadap institusi.
“Berita berimbang kan menampilkan narasumber dari beberapa belah pihak. Tentu dengan segala sudut pandang mereka yang relevan dan proporsional dari isu yang sedang diangkat,” kata Winda.
Selain itu Winda juga menjelaskan bahwa buletin Partikelir memang tidak memuat prestasi dan keunggulan kampus, seperti harapan Wisasongko. “Konten berita di partikelir memang tidak berisi mengenai keunggulan kampus, tapi bukan berarti isinya berupa hujatan atau makian. Partikelir memiliki tagline “nurani mahasiswa”, ya berarti isi dan kontennya tidak jauh beda dengan aspirasi mahasiswa,” tutur Winda.
Sehingga Wisasongko, lanjut Winda, setidaknya menghargai terbitan tersebut, bukan malah mengklaim sebagai media umpatan dan hujatan. “Terkait konten dan isi berita Partikelir edisi Mafia Dana Praktikum Mahasiswa itu kan mengulas tentang tidak turunnya uang praktikum mahasiswa selama dua semester. Menurut tanggapan saya, justru ini adalah buah keberanian mahasiswa untuk mengkritisi lambannya cara kerja birokrasi kampus sastra,” kata Winda.
Media dengan masa penggarapan selama kurang lebih dua bulan itu pun, kata Winda, merupakan hasil jerih payah awak redaksi buletin Partikelir. “Oleh sebab itu tidak etis apabila Partikelir disebut sebagai media yang hanya berisi makian dan hujatan,” ungkap Winda.[]
Penulis: Kholid Rafsanjani