Kandidat Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB), tidak berkoordinasi dengan Ormawa sebelum mencalonkan diri. Ormawa FIB tidak terima. “Di Fakultas Ilmu Budaya ini tidak memiliki BEM, tidak ada BPM, tidak ada yang mewakilkan di atas. Nah dia itu delegasi dari mana?” tukas Iis Fitrianingsih, Ketua Umum Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah (BKMS).
Masalah ini dibahas melalui Forum Aliansi FIB Senin (30/10) lalu. Bertempat di halaman kantin, Forum Aliansi dihadiri oleh perwakilan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ).
Terdapat dua mahasiswa yang telah mendaftarkan diri menjadi kandidat BPM, Risyah Adilia dari Sastra Inggris angkatan 2015 dan Imroatul Sholekah dari jurusan Ilmu Sejarah angkatan 2016. Dua kandidat tersebut aktif di HMJ masing-masing. Namun mereka tidak berkoordinasi dengan ketua umum mengenai pencalonan sebagai BPM. “Ketika saya mengikuti rapat panitia, dia juga tidak sharing terkait BEM dan BPM kalau dia mau mencalonkan diri,” ungkap Iis.
Iis sempat melihat selembaran visi dan misi Imroatul yang tertempel di majalah dinding fakultas. Ia mengira Imroatul sedang mencalonkan diri menjadi Ketua Umum UKM Penalaran dan Penelitian (Pelita) Universitas Jember. “Saya kira itu dia menjadi calon Ketua Umum Pelita. Saya kira seperti itu, jadi saya acuh tak acuh,” ujar Iis. Ia baru mengetahui bahwa salah satu calon BPM adalah mahasiswa Ilmu Sejarah dari teman-teman Ormawa. “Ya kalau dari Sejarah ini sangat kecewa.”
Kandidat BPM dari Sastra Inggris juga tidak melakukan koordinasi ke Diyar Ilham Lukmana, Ketua Umum English Department Student Assosiation (EDSA). Diyar terlambat mengetahui calon BPM berasal dari Sastra Inggris. “Ya sejujurnya kaget, karena saya kan gak tahu apa-apa. Lah moro-moro, tiba-tiba ada yang mencalonkan diri dari EDSA,” ungkap Diyar.
Diyar menginginkan adanya komunikasi terlebih dahulu dari Risyah sebelum mengajukan diri sebagai calon BPM. “Lah sedangkan dari si ini kemarin tidak ada obrolan sama sekali, dan dia tiba-tiba saja mencalonkan diri,” ujar Diyar.
Menurut Diyar, dua kandidat tersebut, sebagai calon BPM harus mewakili suara mahasiswa, terlebih Ormawa FIB. “Untuk jadi perwakilan FIB, tentu saja teman-teman aliansi sendiri kan harus tahu apakah orang ini benar-benar mewakili, mempresentasikan orang-orang dari FIB,” kata Diyar. Ormawa FIB berharap adanya dialog bersama mengenai permasalahan ini.[]