Demi hidupi lima orang anak, pedagang keliling abaikan larangan mangkal di kampus
Hingga saat ini penjual keliling masih tidak diperbolehkan masuk kedalam kampus, namun para penjual keliling ini masih nekat masuk lewat pintu belakang.
Para pedagang keliling yang berjualan di dalam lingkungan Universitas Jember, tetap nekat berjualan di area kampus. Meski sejak awal Juni 2015 ini muncul edaran berisi larangan berjualan di dalam kampus.
Doni, salah satu pedagang keliling selalu mangkal di sekitar lapangan UJ, tepatnya di halaman Gedung Mas Soerachman. Ia mulai berjualan sekitar satu tahun lalu, sejak pukul 08.00 WIB hingga dagangannya habis. “Sampai habis, terakhir jam 5. Kalau sore biasanya ada futsal, kadang ya masih mampir,” jelasnya.
Doni mengaku kesulitan mencari pembeli jika UJ melarang penjual keliling berjualan di dalam kampus, karena ia harus berkeliling mencari pembeli dan tempat-tempat ramai. Dalam sehari Doni dapat memproduksi cilok (dagangannya) sebanyak tiga kilogram. “Kalau ramai ya jam dua sudah habis kadang sampai sore” ujarnya.
Doni beralasan bahwa dengan berjualan di dalam kampus bisa mendapat banyak pelanggan. “Ya lebih ramai pembeli.”
Dalam sehari penghasilan Doni hanya seratus ribu rupiah, dan apabila sepi pengunjung penghasilannya hanya mencapai tujuh puluh lima ribu rupiah saja.
Doni mengaku penghasilannya masih kurang untuk menghidupi lima orang anaknya. Empat orang anaknya masih duduk di bangku sekolah, satu orang anaknya sudah menikah, dan satu orang anaknya lagi masih balita. Istrinya tidak dapat membantu mencari nafkah karena harus mengurus lima orang anaknya. Doni tak memiliki perkerjaan lain selain menjadi pedagang keliling, “Selain jualan kerja apa mbak? Cari kerja susah”, ungkapnya.
“Kalau bisa ya kasih tempat yang enak buat jualan bareng”, harap Doni kepada pihak kampus.
UJ melarang penjual keliling masuk dan berjualan di dalam kampus. Hal ini dikonfirmasi oleh Kepala Satuan Pengamanan (Satpam) Edi Suhartono saat ditemui di Pos Induk Satpam. Hingga saat ini penjual keliling masih tidak diperbolehkan masuk kedalam kampus, namun para penjual keliling ini masih nekat masuk lewat pintu belakang. “Banyak kan jalannya dek,” pungkas Doni.[]
Editor: Kholid Rafsanjani