Tuntutan Tak Kunjung Terjawab, Aliansi Mahasiswa Unej Ancam Turun ke Jalan Kembali
Pada Kamis (22/11) puluhan mahasiswa Universitas Jember (UJ) yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Unej melakukan aksi demonstrasi. Pada pukul 09.00 WIB puluhan mahasiswa tersebut berjalan menyusuri Double Way UJ, dengan beberapa mahasiswa di barisan terdepan membawa spanduk bertuliskan Rapor Merah Rektor (Lagi). Demonstrasi berlangsung hingga pukul 13.10 WIB. Peserta aksi berjalan dari Double Way, kemudian mengunjungi beberapa fakultas, yaitu Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Matematika dan IPA, dan Fakultas Pertanian. Dari kunjungan ke beberapa fakultas tersebut peserta aksi terus bertambah. Titik kumpul dari aksi demonstrasi ini adalah Gedung Rektorat UJ. Di sana peserta menuntut beberapa hal dari pihak birokrasi UJ.
Ada delapan poin yang dituntut oleh Aliansi Mahasiswa UJ. Poin tersebut yaitu mendesak agar pihak rektorat membagikan atribut mahasiswa angkatan 2018 paling lambat tujuh hari, memberikan laporan anggaran dana perihal atribut mahasiswa angkatan 2018 dalam waktu 2×24 jam, mahasiswa meminta laporan proses dan hasil pengadaan lelang atribut mahasiswa angkatan 2018 dalam waktu 2X24 jam, memberikan transparasi sistem dan peraturan bidikmisi UJ tahun 2018, memberikan hak pendidikan kepada 652 mahasiswa terhadap mahasiswa yang tidak lolos bidikmisi, memberikan tranparasi penentuan golongan Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa angkatan 2018 non bidikmisi, memberikan tranparasi aturan penentuan UKT kepada mahasiswa yang tidak lolos bidikmisi, segera menyelesaikan permasalahan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) mahasiwa Jurusan Ekonomi Syariah angkatan 2017. “Masalah jaket almamater yang belum jadi. Masalah bidikmisi yang gelombang ke dua belum dapat kepastian dari universitas. Pihak universitas bilangnya pengumuman pada akhir November tapi sampai sekarang ini belum ada pengumuman,” ungkap Novi Sintia Budi mahasiswa FISIP angkatan 2018. Novi adalah salah satu peserta aksi, ia juga salah satu mahasiswa calon penerima bidikmisi gelombang ke dua.
“Ingin meminta penjelasan pada rektor dengan masalah-masalah yang masih belum terselesaikan,” ungkap Novi. Masalah-masalah yang dimaksud Novi adalah bidikmisi yang masih belum ada kejelasan dan masalah atribut mahasiswa angkatan 2018 yang tak kunjung dibagikan. Novi mengaku kecewa karena hari itu Rektor UJ tidak ada di tempat, sehingga tujuannya mengikuti aksi tersebut belum tercapai.
Perihal bidikmisi, pihak universitas membagi mahasiswa calon penerima bidikmisi menjadi dua gelombang, yaitu gelombang pertama dan gelombang kedua. Mahasiswa calon penerima bidikmisi gelombang kedua belum mendapat kepastian, meskipun sudah diadakan survei. ”Gelombang pertama sudah resmi tidak bayar UKT dan gelombang dua ini masih bayar UKT sekitar 500 ribu sampai satu juta. Nah saya ini kebagian UKT yang satu juta,” ujar Novi.
Awalnya Novi tak terlalu mempermasalahkan ketika dirinya harus membayar UKT sebesar satu juta rupiah. “Tapi setelah tahu kalau di peraturan kemenristekdikti bahwa calon penerima bidikmisi tidak dipungut biaya sepeserpun saat regristrasi, saya sangat kecewa karena pihak UJ bertolak belakang,” ulas Novi. Kekecewaan Novi itulah yang mendorong dirinya untuk mengikuti aksi tersebut.
Novi berharap pihak birokrasi UJ segera membereskan hal-hal yang telah disepakati dari awal. “Janjinya segera ditepati lah, yang katanya jas almamater jadinya awal November dan itu molor sampai akhir bulan November, dan itu belum jadi,” harap Novi.
Novi tidak sendirian, kebanyakan peserta aksi adalah angkatan 2018. “Mayoritas Mahasiswa Baru (maba). Kakak tingkat juga ikut andil. BEM universitas menjadi penanggungjawabnya,” ungkap Sauqi Ramadhan selaku Koordinator Lapangan.
Ketika peserta aksi telah sampai di depan Gedung Rektorat, mereka mengutarakan semua tuntutan. Kemudian perwakilan dari pihak rektorat menyampaikan bahwa Rektor UJ, Wakil Rektor I, dan Wakil Rektor II sedang tidak berada di Jember. ”Kalau rektor menghadiri undangan di Unair, Wakil Rektor I mengisi materi di Surabaya, dan Wakil Rektor II di Yogya menghadiri wisuda anaknya,” jelas Sauqi.
Awalnya pihak rektorat meminta sepuluh orang perwakilan dari peserta aksi untuk masuk ke Gedung Rektorat dan menemui Kepala Biro I UJ, Dulkhalim. Peserta aksi menolak tawaran tersebut, hingga pihak rektorat menyetujui bahwa semua peserta aksi boleh masuk dengan catatan tetap memperhatikan keamanan. “Kita maunya ditemui langsung di luar. Setelah kami memaksa dan menunggu di luar hingga kena hujan, akhirnya pimpinan menemui,” ungkap Sauqi.
Dulkhalim menemui peserta aksi di depan Gedung Rektorat. Namun, Sauqi menilai bahwa pertanyaan-pertanyaan peserta aksi belum terjawab sama sekali. “Belum terjawab semua tuntutan kami, karena wewenang pimpinan katanya,” jelas Sauqi.
Dari aksi tersebut, Kepala Biro I UJ menjanjikan akan diadakan audiensi antara peserta aksi dan Rektor serta Wakil Rektor UJ pada Jumat (23/11), namun hingga Sabtu (24/11) audiensi itu belum terjadi. “Hingga detik ini belum ada kabar. Kami masih nunggu, kemarin janjinya dari Biro I mau memberikan ruangan untuk audiensi sama pimpinan,” ungkap Sauqi.
Sauqi menyatakan bahwa Aliansi Mahasiswa Unej akan selalu mengawal tuntutan mereka dalam aksi tersebut. ”Kalau tetap belum ada kabar mungkin akan ada aksi yang lebih besar, karena ini miris permasalahannya,” ujar Sauqi. []