Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia (Imasind) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (FIB UJ) menyelenggarakan pertunjukan Teater Akbar berjudul Bel-Maind. Teater ini diselenggarakan pada Rabu (20/09) di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM). Pertunjukkan tersebut dihadiri oleh Dekan FIB, Wakil Dekan III FIB, Ketua Jurusan Sastra Indonesia, beberapa dosen FIB, dan mahasiswa di Jember.
Maulinawagzy Bima Puteri selaku produser Teater Akbar mengatakan bahwa konsep acara kali ini dibuat berbeda dari segi penataan pangung. Penonton yang baru memasuki Gedung PKM langsung disambut dengan pertunjukan teater di bagian tengah panggung. Pertunjukan pembuka tersebut ditampilkan oleh dua aktor dan berakhir dengan dimatikannya lampu. Kemudian penonton dipersilakan maju sampai garis yang sudah disediakan, untuk menikmati pertunjukan teater Bel-Maind di panggung bagian depan. “Ya emang dibuat seperti itu biar mereka tuh bertanya-tanya ini tuh sebenarnya ngapain sih? Biar penasaran dulu,” ungkap Maulina. Pertunjukan berlangsung dari pukul 20.00 hingga pukul 21.30 WIB, yang kemudian dilanjutkan dengan sesi apresiasi.
Pertunjukan Teater Akbar mengalami kendala di bagian kepanitiaan. Maulina mengakui bahwa ia kurang berpengalaman menjadi produser, sehingga kurang mengerti tugas-tugasnya. Ia juga kesulitan mengumpulkan seluruh panitia. “Aku tuh masih sulit buat ngumpulin anggota gitu ya,” ungkap Maulina. Meskipun demikian, pertunjukan yang dipersiapkan kurang lebih satu bulan ini menunjukkan totalitas, baik dari aktor maupun kepanitiaan. “Ya Alhamdulillah ya lancar, dari pemainnya juga totalitas.”
Maulina berharap Teater Akbar selanjutnya lebih kreatif lagi dan penonton dapat mengerti makna dari teater yang dipentaskan. “Semoga bisa ngena ke penontonnya, maksudnya penonton bisa menangkap maknanya dari teater tersebut, lebih kreatif lagi, lebih baik dah pokoknya,” kata Maulina.
Dinar Ambarita, Mahasiswi Politeknik Negeri Jember mengatakan bahwa ia merasa terhibur atas pertunjukan teater Bel-Maind meskipun ia tidak memahami jalan ceritanya. Pertunjukan teater tersebut lebih banyak menggunakan gerak tubuh dibandingkan dialog. Selain itu terdapat pula aktor yang berbicara menggunakan bahasa Madura. “Acaranya lucu, tapi saya nggak ngerti jalan ceritanya tapi lucu,” jelas Dinar. []
Penulis : Wardah Septi Ani