Maraknya pemberitaan media terkait Pemilihan Presiden tahun ini, ditanggapi secara miris oleh mahasiswa. Menurut mereka media saat ini tidak memiliki independensi dalam menyampaikan pemberitaan. Seperti yang disampaikan Anggara Eky S, anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Komisariat Sastra, “Pemilhan presiden tahun ini sangat dipengaruhi media, hari ini media yang dikuasai politikus maupun non politikus mulai memihak pada masing-masing Capres Cawapres.” Ia mempertanyakan netralitas dan independensi media saa ini, “Media sudah menjadi alat politik,” jelas Anggara.
Rabu (02/07) GMNI Komisariat Sastra, Universitas Jember mengadakan acara Sosialisasi dan seminar Politik Cerdas untuk Demokrasi yang Berbudi Pekerti. Dalam acara yang berkerja sama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jember ini, Habib M. Rohan anggota KPU Kabupaten Jember turut menanggapi pernyataan Anggara. Ia membenarkan peran media saat ini. Hal tersebut menurutnya tidak lepas dari siapa pemilik media yang tidak lain juga pelaku politik.
Menurut Habib, KPU maupun Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) tidak memiliki wewenang dalam menertibkan media. Mereka hanya bisa menertibkan yang berkenaan dengan kecurangan kampanye. Sedangkan pemberitaan maupun iklan Capres Cawapres tidak memenuhi kualifikasi kampanye. “Kegiatan yang ada di televisi itu, tidak bisa kami sentuh selalu mereka berargumen itu bukan kampanye. levelnya hanya sosialisai dan pemberitaan,” jelas Habib.
Habib menuturkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang memiliki hak mengontrol kegiatan media. Namun, KPI juga tidak bisa berbuat banyak dalam mengontrol media selama media tersebut tidak terbukti melakukan black campaign, sekalipun satu media mengkritisi satu kubu capres.
Sementara itu Eko Suwargono, dosen Fakultas Sastra Universitas Jember sebagai salah satu pembicara dalam seminar, membenarkan bahwa KPI sejauh ini tidak dapat berbuat banyak. Ia menyarankan masyarakat khusunya mahasiswa dapat lebih kritis terhadap media. “Dari besarnya pengaruh media ini kita harus melakukan yang namanya kritik dalam rangka politik cerdas,” kata Eko. Eko juga menambahkan mahasiswa juga perlu melakukan pendampingan di msyarakat untuk menanggulangi pengaruh media.[]
Penulis : Nurul Aini