Panjalu mementeskan teater yang merupakan salah satu bidangnya. Teater yang ditampilkan, Jumat (27/6) berjudul Cerita Berkasih. Kisah ini menceritakan tentang seorang laki-laki yang membuang ideologinya, demi seorang wanita. Pementasan teater di Pusat Kegiatan mahasiswa (PKM) ini, diperankan dan disutradarai sepenuhnya oleh anggota baru Panjalu.
Ilham tokoh utama merupakan anggota dari partai pemberontak. Rela keluar dari partai karena bapak Tanti menolak anak perempuannya menikah dengan seorang anggota partai pemberontak. Demi cintanya pada Tanti, Ilham rela keluar dari partai supaya bisa menjadikan Tanti istrinya. Ketika Ilham datang kembali untuk menikahi Tanti, dia ditangkap oleh seorang jendral yang dijodohkan pada Tanti. Karena takut dia dan keluarganya ditangkap, Tanti tidak mengakui bahwa dia kenal dengan Ilham.
Dwi Puspitasari selaku sutradara teater menjelaskan bahwa dirinya mengambil konsep awal dari Orde baru. Situasi saat itu yang sedikit kacau dapat diambil unsur politiknya. “Sebenarnya itu refrensinya dari PKI (Partai Komunis Indonesia). Kita gak ngertikan sampai sekarang sejarah aslinya kayak gimana. makanya saya ambilnya cuma ambil settingannya saja. Jadi ya agak terinspirasi dari PKI aja. Konflik-konflik politik tahun 60an,” jelasnya. Dwi menjelaskan bahwa teater ini lebih menekankan pada sisi romantis dari pada unsur politik. Sutradara mengambil tema percintaan karena ingin menyampaikan bahwa diluar sana masih ada orang yang rela berkorban.
Sebagai anggota baru Panjalu yang dalam tahap penyesuaian banyak kesulitan dihadapi oleh Dwi dan teman-temannya. Setiap orang yang merangkap tidak hanya menampilkan acara tapi juga menjadi panitia, sehingga sulit membagi waktu. “Masih susahlah bagi waktu untuk berkumpul buat latihan bareng,” kata Dwi. Kesibukan kampus juga menjadi salah satu faktor yang mempersulit dalam membagi waktu.
Kedepannya Dwi berharap dapat membawa nama Panjalu. “Harapan buat Panjalu sendiri pinginnya kita Panjalu ini bisa sampai di luar. Bisa membawalah nama dari Panjalu itu sendiri,” tambah Dwi.[]
Penulis : Elki Setiyo Hadi