Pembantu Dekan Keberatan dengan Aksi Teatrikal Mahasiswa di Kampus
Kedatangan Latifatul Izzah, Pembantu Dekan II (PD II) dan Wisasongko selaku Pembantu Dekan III (PD III) Fakultas Sastra Universitas Jember (FS UJ) ke gedung Ormawa sekitar pukul 13.00 WIB pada hari Rabu, 16 Maret 2016 membuat ramai lingkungan Ormawa.
Latifatul bertanya maksud penampilan teater ruang publik yang dilakukan tiga mahasiswa sastra dua jam sebelumnya. Perdebatan berlangsung sekitar satu jam di depan sekretariat Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia (Imasind).
Awalnya Latifatul mengira teater tersebut bertujuan mengkritik dana sewa gedung aula FS UJ, untuk acara Workshop Teater yang akan diadakan di Imasind pada Minggu, 20 Maret 2016. “Saya tidak resah, tergantung kontennya. Kalau itu tidak mengkritisi, tidak masalah. Karena kalau berhubungan dengan persoalan air mati dan persoalan berbayar kan saya gak mau,” terang Latifatul.
Meski demikian, Latifatul mengaku menghargai kreativitas mahasiswa di kampus. Namun ia khawatir jika nantinya justru timbul fitnah. “Kita harus tetap melihat substansinya. Ini kan nanti berkaitan dengan difitnah, nah saya tidak mau,” kata Latifatul.
Tuduhan tersebut disangkal keras oleh Yuda bahwa teater ini tidak menyangkut pautkan dengan masalah dana sewa gedung aula. Teater ruang publik yang diperankan oleh tiga mahasiswa FS UJ yakni Pamoedya Ardhi Krishna, Ahmad Siddiq Putra Yuda dan M. Rhoisul Kholish ini hanya respons mereka untuk aspirasinya melalui seni pertunjukan. Sesuai dengan kreativitas yang mereka geluti.
Sementara itu Wisasongko menyampaikan sedikit pesannya. Ia berharap dengan adanya permasalahan yang sedang dihadapi, mahasiswa dapat menyampaikan lebih dulu kepada pimpinan terkait sebelum membuat pertunjukan teatrikal di kampus. Karena selama ini Wisasongko merasa kehidupan di kampus nyaman-nyaman saja.
“Kalau ada masalah itu disampaikan, misalnya di ruang 3 televisinya mati, saya langsung komunikasi dengan PD II, dan sekarang sudah bisa nyala dan tidak panas,” ujar Wisasongko menasehati Yuda. “Kalau saya nyaman-nyaman saja.”
Wisasongko berharap mahasiswa bersabar dalam melihat kurangnya fasilitas perkuliahan dan pembangunan yang berlangsung di kampus. “Namanya kita belajar, ada kondisi panas dan dingin,” tutur Wisasongko. “Segala sesuatu tidak terjadi secara instan. Jadi kami merenovasi semua secara bertahap,” tegas Wisasongko. []