Menggurat Visi Kerakyatan

“Malam Bulan Purnama” Kembali Hadir, sebagai Wadah Mengenal Seni

Editor: Siti Alvia Warda

440

Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (IMASIND FIB) kembali mengadakan pagelaran seni yang bertajuk  “Malam Bulan Purnama”, setelah dua tahun hiatus. Tujuan acara pada Selasa (23/08) lalu itu, agar mahasiswa semester tiga dan juga mahasiswa baru (Maba) bisa mengenal seni.

Acara “Malam Bulan Purnama” ini digelar di halaman depan Gedung Ki Hadjar Dewantara. Rangakaian acaranya seperti, pembacaan puisi, monolog, pemutaran film singkat, menyanyi, penampilan drama, pentas terbuka untuk para penonton yang datang, dan lain-lain. Mahasiswa bisa secara gratis menikmati acara ini, mulai pukul 20.00-selesai.

Sekitar pukul 20.00 WIB acara “Malam Bulan Purnama” ini diawali dengan sambutan hangat oleh dua MC. Kemudian berlanjut, penampilan puisi karya Taufik Ismail yang berjudul “Sebuah Jaket Berlumur Darah” oleh Sab’ul Masani, mahasiswa Sastra Indonesia (Sasindo) Angkatan 2020.

Sab’ul Masani membawakan puisi yang menceritakan tentang sebuah perjuangan. Menurutnya pemilihan puisi ini, cocok dengan momen kemerdekaan di bulan Agustus ini. “Inikan masih dalam bulan agustus hari kemerdekaan, nah kebetulan puisi itu menceritakan tentang perjuangan,” ucap Sabul Masani, pada Selasa (23/08).

Selain puisi, ada juga penampilan monolog oleh Ardian Muslim yang juga mahasiswa Sasindo angkatan 2020. Judulnya “Kasir Kita” karya Arifi C. Noer. Monolog ini ber-genre dramatis dan komedi. Gelak tawa penonton sekaligus terpukau pada Ardian saat menyampaikan monolog ini. Isinya, ada seorang yang sedang bersedih karena ditinggal istrinya berselingkuh.

Ardian sebelumnya pernah membawakan monolog ini. Itu sebabnya ia kembali membawakannya di acara gelaran IMASIND ini. Sehingga ia tidak terlalu susah dalam menghafal dialog, mengingat waktu persiapannya yang cukup singkat. “Saya memilih Kasir Kita karena sebelumnya saya sudah pernah menampilkannya. Jadi dengan waktu yang cukup singkat ditampilkan lagi, agar lebih mudah mengingatnya,” ujar Ardian, pada Selasa (23/08).

Selain puisi dan monolog banyak penampilan yang ditampilkan pada malam itu. Seperti penampilan lagu “Bentuk Cinta” dari Eclat Story yang dinyanyikan oleh Wahyu Gaesasita mahasiswa Sasindo angkatan 2020.

Keseluruhan penampilan acara “Malam Bulan Purnama” memang sangat memukau dan menghibur, tetapi kenyataannya penonton yang datang pada malam itu terbilang cukup sedikit. Suasana hening yang terkadang diiringi dengan suara gelak tawa dan suara tepuk tangan dari penonton menghidupkan kembali suasana malam itu.

Duto Taufiq Ramadhan maba jurusan Sasindo, ikut hadir sebagai penonton. Rama, begitu sapaannya, mengatakan jika rangkaian acara “Malam Bulan Purnama” tidak hanya menghibur, tapi juga menambah wawasan tentang seni. “Memberi saya wawasan tambahan, seperti: seperti apa sih teater tubuh, seperti apa sih monolog,” ujarnya, pada Kamis (01/09).

Setelah melihat acara itu ia berharap, dirinya dan mahasiswa baru lainnya bisa seperti peserta yang tampil di acara malam itu. “Saya dan mahasiswa baru lainnya bisa menjadi seperti kakak-kakak yang tampil,” harapnya.

Selain Rama, ada Cahya Rahmadhan mahasiswa Sasindo semester tiga, yang juga menonton acara malam itu. Cahya berpendapat jika acara “ Malam Bulan Puranama” sangat seru dan banyak penampilan yang menarik. Namun disisi lain, ia mengatakan jika pencahayaan di acara tersebut kurang, terlebih lagi bagi penyandang mata minus seperti dirinya. “Acaranya seru banget, banyak penampilan menarik, dapet makanan jadi nyaman juga, tapi agak gelap jadi susah lihat bagi aku yang minus,” ucap Cahya, pada Kamis (01/09).

Cahya juga menambahkan, bahwa acara ini molor satu jam. Berdasarkan undangan yang ia dapat, seharusnya acara mulai pada pukul 19.00 WIB. Namun, “Malam Bulan Purnama” mulai pada pukul 20.00 WIB. “Awalnya siap-siap karena sebentar lagi mau mulai. Setengah delapan belum selesai, baru jam 8 mulai,” tambahnya.

Selanjutnya, Adinda Salsabila atau yang akrab disapa Adin, selaku ketua Devisi Laku Kreatif mengatakan tujuan diadakannya acara ini. Menurutnya “Malam Bulan Purnama” malam itu bukan hanya sebagai pagelaran seni, tetapi juga sebagai pengenalan IMASIND kepada mahasiswa semester tiga dan mahasiswa baru. Supaya mereka lebih mengenal pagelaran seni yang akan mereka ikuti kedepannya. “Inikan Happening Art ya, jadi tujuan utamanya memang untuk memperkenalkan IMASIND,” tuturnya pada Rabu (24/08)

Menurut Adin, “Malam Bulan Purnama” sudah dua tahun vakum. Awalnya acara ini adalah acara rutinan setiap malam bulan purnama, yang mereka sebut dengan arisan seni. “Jadi pas malam bulan purnama itu bakalan ada arisan seninya,” ucapnya.

Mulanya, IMASIND berencana mengadakan “Malam Bulan Purnama” pada tanggal 17 Agustus, namun mundur menjadi tanggal 23 Agustus. Sebab pada tanggal 17 Agustus, IMASIND sedang mengadakan agenda lain. “IMASIND ada agenda juga yg berbenturan sama waktu pelaksanaannya, jadi acaranya diundur,” terangnya.

Tak ubahnya acara lain, persiapan “Malam Bulan Purnama” juga diwarnai beberapa kendala. Salah satuya seperti, tiba-tiba ada peserta yang seharusnya tampil namun tidak bisa hadir. Kemudian,  terdapat beberapa alat yang tidak bisa dipinjam. Lalu kendala lainnya, beberapa panitia tidak bisa hadir karena sedang menghadiri kelas perkuliahan. “Kendalanya itu yang pertama talent, talent itu tiba-tiba cancel atau gak bisa. Ada beberapa barang yang ga bisa kami pinjam. Karena persiapan itu ternyata banyak temen-temen yang punya kelas sore jadi kita punya waktu persiapan yang minim banget untuk set panggung set lokasi. Tapi akhirnya bisa diatasi,” ujar Adin.

Adin berharap, adanya acara ini bisa menjadi perbaikan untuk acara-acara yang diadakan IMASIND kedepannya. “Kedepannya karena acara ini udah lama enggak diadakan lagi, kami merasa banyak sekali kekurangan dari acara ini, kami berharap bisa dapat evaluasinya untuk kemudian kalo dilaksanakan lagi dan hal-hal yang sakral itu bisa dilanjutkan lagi diacara ini,” harapnya. []

Leave a comment