Perhimpunan Pers Mahasiswa Jember (PPMI) Kota Jember mengadakan serangkaian acara Pelatihan, Temu Alumni dan Musyawarah Kota IX. Rangkaian acara bertema “Semangat Muda Pers Mahasiswa di Era Digital” bertempat di Aula Fakultas Sastra Universitas Jember (FS UJ). Salah satu materi dalam pelatihan ini adalah media online, yang dilaksanakan pada Jumat (30/10).
Terdapat dua pokok penting dalam pelatihan media online, pertama mengenai teknik pembuatan media online dan kedua mengenai pengelolaan isu. Pemateri pelatihan media online antara lain Kholid Rafsanjani, Badan Pengurus Media (BP Media) PPMI dan Arif Rahman Hakim, mantan BP Media PPMI. Dalam pelatihan tersebut, Arif memaparkan bahwa media online sangat penting bagi pers mahasiswa, karena di era kekinian,kecepatan informasi menjadi hal yang esensial. Selain itu, media online juga menjadi media alternatif, mengingat sumber dana pers mahasiswa yang terbatas. “Karena itu kan pertama untuk memecahkan masalah LPM sendiri terkait pendanaan, kemudian kemudahan penyebaran berita,” kata Arif.
“Ada jalan yang lebih efektif, jadi jangan pernah mempersusah diri dalam penerbitan media cetak. Layanan website hanya berbayar 300 ribu per tahun, jauh lebih murah daripada cetak buletin dengan harga lebih dari 80 ribu per minggu, itu pun tidak lebih dari 100 eksemplar,” jelas Arif.
Arif juga menabahkan bahwa perkembangan media online didukung oleh maraknya penggunaan telepon pintar. Pengguna telepon pintar dapat dengan mudah mengakses informasi, termasuk berita. “Kalau mau cari berita udah gak perlu ke warnet lagi, udah bisa pakai hp (hand phone), jadi unsur kemudahannya itu yang kita ambil,” jelasnya. Pers mahasiswa juga dapat memanfaatkan media sosial dalam penyebaran dan pengembangan isu pada media online. Arif berharap dengan adanya pelatihan ini, semakin banyak pers mahasiswa di Jember yang memiliki media online.
Pelatihan media online ini dirasa sangat berguna bagi pers mahasiswa. Riza Nisrina, salah satu anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Imparsial, merasa terbantu dengan adanya pelatihan ini.“Jadi ternyata ada persentasi yang menggambarkan bahwa media cetak itu udah gak terlalu diminati karena beberapa hal itu. Terus ternyata kita harus melakukan pembaharuan dengan media cetak kita sendiri,” tutur Riza.[]