Kali ini redaksi Ideas.id berkesempatan melakukan wawancara dengan Wing Sentot Irawan. Seorang seniman yang dikenal karena perjalanannya keliling negara ASEAN dengan bersepeda. Tahun 2006 adalah awal perjalanannya menggunakan sepeda dari Lombok ke Sabang, Aceh. Di tahun 2011 ia memulai perjalanan ke Asia Tenggara, semua perjalanannya untuk memperingati hari bumi.
Halo Bang Wing, lagi sibuk apa sekarang Bang?
Nih ntar sore mau perform di taman di komunitas, tanggal 25 akan perform di taman budaya, Lombok.
Kan udah sering keliling banyak tempat. Tiap sampai di tempat tujuan, Bang Wing tuh ngapain aja sih?
Eeeh kalau di Indonesia saya sambil ngamen, kadang sambil diskusi soal-soal kesenian, soal lingkungan, karena ini kan perjalanan saya lakukan untuk memperingati hari bumi. Kalau di Indonesia semua komunitas yang saya lewati itu saya hampiri, apakah komunitas vespa, komunitas motor, komunitas literasi, komunitas kesenian, teater, musik, apa aja saya mampir.
Diskusinya apa selalu tentang lingkungan?
Iya, tentang lingkungan. Bukan redaksi sebagai sesuatu yang literatif ya, seperti misalnya soal tambang, bicara soal sawit, atau soal ozon misal gitu. Saya hanya bicara dari reaksi saya sebagai seorang seniman yang prihatin terhadap realitas kondisi lingkungan akhir-akhir ini.
Emang kondisi lingkungan akhir-akhir ini gimana Bang?
Semua ide dan gagasan itu yang membuat manusia. Kemudian gagasan ini menjadi material, itu kan nantinya memakan tempat, memakan ruang. Nah sisi kemanusiaannya kan nanti terabaikan gak terbaca. Dampak pembangunan itu di Indonesia kan hampir rata itu. Kalo kamu nanya, “Mas persoalan lingkungan sekarang apa sih?” menurut saya krusial sih ya soal ego, ego manusia.
Apa bersepeda itu salah satu untuk mengkampanyekan isu lingkungan?
Saya gak pernah bermaksud seperti itu, saya pokoknya bersepeda, karena saya bisanya cuma bersepeda. Tapi dari hasil saya bersepeda itu ternyata Indonesia itu sangat luas, sangat kaya raya, etnis beragam. Nah itu yang membuat saya merasa, loh ternyata hanya dengan bersepeda bisa ya gitu.
Pengalaman paling menarik saat melakukan perjalanan berkeliling?
Kalo pengalaman banyak ya. Jadi ada satu kondisi yang sangat romantisme. Yang hanya kita bisa lihat di peta. Kalau kamu sendiri ke Lombok, mungkin kemudian redaksinya referensinya menjadi berbeda, tingkat kelenturannya memahami dirinya sendiri itu menjadi berbeda. Nah saya juga seperti itu. Nah begitu saya, hanya dengan bersepeda saya bisa mengenal peta Indonesia yang dulu hanya di angan-angan.
Saya pernah melihat survei bahwa negara yang paling malas berjalan kaki itu Indonesia. Menurut pandangan Bang Wing gimana itu?
Boleh jadi, karena biasanya negara yang baru berkembang, hubungan internasional itu kemudian menghendaki sesuatu sesuai kepentingan mereka. Jadi ya wajar kalau kemudian dia harus jual ini jual itu, nah kita sebagai negara berkembang kan selalu ingin tahu kan coba punya ini coba punya itu, coba pakai ini. Nah tingkat ketergantungan itu kemudian “ah sudah lah, kan semuanya sudah pakai.” Sebetulnya asal jalan kaki ke kampus bisa, tapi, “ah ngapain juga jalan kaki, ada motor ini ya.” Jadi kemudian karakteristik dari dalam tubuh kita itu menyesuaikan. Tubuh kita jadi mekanis.
Jadi apa harapan untuk orang-orang yang ditemui Bang Wing?
Saya hanya bisa merasakan, misalnya mengunjungi komunitas-komunitas, orang itu kok banyak sekali berkumpul tapi masih berkelompok-kelompok gitu kan. Ada gak sih satu kondisi yang secara global, gerakan bersama. Ya gerakan apa saja bisa gerakan sosial, gerakan kemanusiaan.
Rencana mau ke mana lagi nih Bang?
Saya mengalir saja. Tapi saya ada rencana balik ke Jawa lagi. Tapi mungkin saya balik dari sisi utara, jadi masuk Bojonegoro sampai Pakis, Semarang, jalur Pantura itu kan saya juga belum pernah.