Lembaga Pers Mahasiswa Sastra (LPMS) Ideas mengadakan launching Majalah Mahasiswa IDEAS Edisi XXI di Aula Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jember, pada Sabtu (19/08). Dalam edisi kali ini Majalah Ideas mengusung tema tentang penolakan tambang Tumpang Pitu di Banyuwangi.
Acara dimulai pada pukul 19:00 dengan rangkaian acara pembukaan diawali dengan penampilan Ali Gardi, sambutan-sambutan dan dilanjutkan diskusi panel yang ditemani langsung oleh orang-orang asli Banyuwangi sebagai pembicara yaitu Rosdi Bahtiar Martadi selaku Banyuwangi’s Forum For Environmental Learning dan Fitriyati sebagai warga asli Pesanggaran. Selain itu peserta yang hadir mencapai 140 orang dari berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), UKM Ekstra, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) se-Jember, dan juga Komunitas se-Jember.
Ulfa Masruroh selaku Ketua Panitia mengungkapkan bahwa pada acara launching Majalah Ideas XXI ini banyak menerima apresiasi dan antusias dari peserta. Antusias tersebut dapat dilihat pada saat diskusi panel adanya timbal balik antara pembicara dengan peserta. “Aku melihat penonton atau peserta sangat antusias mendengarkan cerita dari tiga pembicara baik dari pemred atau orang yang asli Pesanggaran itu,” ujar Ulfa.
Tidak hanya melihat berita dari beberapa media, tetapi dengan adanya launching Majalah Ideas dan diskusi panel, peserta merasa banyak hal yang didapatkan setelah bertemu dan diskusi dengan orang-orang yang berkecimpung langsung. Muhammad Rizai Mahdzikin dari Mahasiswa Pecinta Kelestarian Alam mengatakan bahwa hasil berita yang terdapat di media dan di lapangan itu berbeda ketika kita dipertemukan dalam suatu ruang diskusi.
Aditya Indra Oktoriansyah anggota Dewan Kesenian Kampus FIB memberikan apresiasi terhadap acara launching Majalah Ideas ini. Ia merupakan warga asli Banyuwangi yang dekat dengan area pertambangan Tumpang Pitu. Aditya merasa mendapat wawasan yang luas dalam diskusi majalah ini. Ia dapat melihat lebih detail dampak dari aktivitas pertambangan.“Dari Majalah ini di launching sampai kita mempunyai wawasan lebih soal pro dan kontra tentang Tumpang Pitu ya kita harus istilahnya jadi orang awam gak semerta-merta ambil mentahnya,” ungkap Aditya.
Selain itu, dengan adanya ruang diskusi bersama para aktivis penolak tambang, acara ini dapat memberikan kejelasan terhadap isu-isu yang tersebar di media mainstream. “Acara ini sangat mengapresiasi banget, menambah wawasan banget karena saya sebagai orang di Banyuwangi, belum tahu sebegitu banyaknya sebelum hal ini diulas di sini, diulas teman-teman Ideas,” ujar Aditya []