Menggurat Visi Kerakyatan

Eksistensi perempuan dalam kubangan diskriminasi

982

“Tak ada satu pun manusia yang ingin hidup sengsara, begitu pun dengan Re:. Bahagia menjadi tujuan akhir yang harus ia tempuh dengan berbagai tekanan. Demi sang buah hati, ia rela bekerja menjadi pelacur dengan segala bentuk diskriminasi yang harus dialami.”

Judul               :           Re:

Pengarang    :           Maman Suherman

Penerbit        :           Pop (Imprint Kepustakaan Populer Gramedia)

Cetakan         :           I, April 2014

Tebal              :           vi + 160 halaman

Kategori        :           Dewasa (19 tahun ke atas)

ISBN 13          :           978-979-91-0702-2

Re: adalah seorang perempuan bernama panjang Rere. Pertemuan Re: dengan Herman, seorang mahasiswa yang sedang melakukan penelitian skripsi menjadi awal mula cerita. Re: bekerja sebagai seorang pelacur lesbian di Jakarta. Ia mulai dekat dengan Herman semenjak menjadikan Herman sebagai sopir pribadinya. Dari kedekatan mereka, Herman juga memanfaatkan Re: sebagai narasumber untuk objek penelitian skripsinya. Re: tanpa ragu menceritakan semua kisah pribadi dan dunia pelacuran dengan begitu detail pada Herman.

Bukan tanpa alasan seorang Re: menjadi pelacur lesbian. Berawal dari hilangnya keharmonisan dalam keluarganya, ia memutuskan untuk pergi mengadu nasib ke ibukota.  Re: lahir dari rahim perempuan tanpa suami. Semenjak kakek Re: meninggal, suasana rumah menjadi berantakan, seringkali terjadi pertengkaran antara nenek dan ibunya. Nenek Re: menuduh ibu Re: menjadi penyebab meninggalnya kakek dan menuduhnya sebagai lonte. Saat Re: mulai paham dengan makna lonte, ia begitu marah dengan sang nenek. Ia pun menjadi perempuan yang brutal. Re: berpacaran dengan dua laki-laki sekaligus. Dari hubungan Re: dengan kedua pacarnya yang kelewat batas, Re: pun hamil. Kehamilannya yang tak diakui oleh kedua pacarnya ini membuatnya begitu mantap untuk pergi dari rumah.

Sesampainya ia di Jakarta, ia mengenal seorang wanita bernama Mami Lani. Dari sinilah ia mulai terperangkap dalam diskriminasi dunia pelacuran. Mami Lani adalah seorang germo wanita yang menolong Re: saat hamil tua. Re: tak mengenal siapa Mami Lani, menurutnya Mami Lani merupakan orang baik dan dipercaya. Namun naas, ia ditipu. Setelah Re: melahirkan anak, Mami Lani menyuruh Re: melunasi hutang-hutang selama ia dirawat oleh Mami Lani, baik itu dari makan, sewa kamar selama ia mengandung bahkan biaya melahirkan.  Mami Lani menyarankannya untuk bekerja menjadi pelacur lesbian untuk melunasi hutangnya dengan cepat. Re: pun tak punya pilihan lain. Meskipun pekerjaan itu dianggapnya begitu berat karena ia bukan pecinta sesame jenis. Namun ia harus tetap menerima pekerjaan tersebut demi kehidupan anaknya.

Anak Re: bernama Melur. Ia lah semangat dan keberanian Re: untuk menjalani hidup. Re: menitipkan Melur pada orang lain. Ia tak mau anaknya malu dengan pekerjaan ibunya.

Novel dengan bersampul hitam ini menceritakan seluk-beluk dunia pelacuran,dari jenis berbagai macam pelacur, harga maupun tempat yang digunakan sebagai area pelacuran. Sebagai Jurusan Kriminologi, FISIP – UI, Maman Suherman juga tak tanggung-tanggung memberikan beberapa pengetahuan mengenai Viktimologi dan Kriminologi yang dialami beberapa pelacur.

Melihat kondisi riil saat ini, kisah dalam novel Re: dapat disejajarkan dengan kasus yang sedang ramai saat ini. Banyaknya perempuan yang terjebak dalam perdagangan manusia. Perdagangan terselubung dengan iming-iming gaji besar dan bekerja pada perusahaan ternama, membuat para Tenaga Kerja Wanita (TKW) bangga dan tak lagu ragi untuk menerimanya. Namun kenyataannya berbalik, mereka justru menjadi korban perdagangan manusia.

Re: merupakan novel keempat dari Maman Suherman. Adapun novel-novel yang diterbitkan sebelum buku ini, yakni Matahati, Bokis 1: Kisah Gelap Dunia Seleb, dan Bokis 2: Potret Para Pesohor. Setelah Re: terbit, Maman menerbitkan Notulen Cakep, Virus Akal Bulus Kang Maman: 125 Ayat Cinta, Notulen Cakep 2, dan 99 Mutiara Hijabers, dan novel Perempuan.

Pria yang dikenal dengan sebutan Kang Maman dalam acara Indonesia Lawak Klub (ILK) di saluran televisi swasta Trans 7 ini lahir Makassar. Ia pernah menjadi jurnalis selama 15 tahun. Hal itu terlihat pada beberapa paragraf dalam novel yang berkomentar mengenai berita-berita di media yang justru mendiskrimasi para pelacur.

Penelitian skripsi Herman semakin matang dengan kisah dibalik pembunuhan para pelacur dari germo di Jakarta. Kejahatan seperti ini seringkali terabaikan oleh publik. Jarang sekali ada berita yang memberitakan sisi balik dalam dunia pelacuran secara mendetail. Adanya anggapan bahwa diskriminasi dunia pelacuran merupakan hal yang wajar dan tak perlu ada pembelaan. Padahal banyak sekali kisah pelacur yang terperangkap dalam perdagangan manusia.

Isi dalam novel ini terdapat banyak sekali adanya typo atau kesalahan pengetikan sehingga sedikit mengganggu pembaca. Bahasa yang dipakai pun lebih banyak menggunakan kata denotasi atau bermakna lugas yang mudah dimengerti sehingga saya merasa sangat kurang jika harus membaca hanya dengan 160 halaman.

Saat membaca novel ini, saya  terasa seperti membaca buku harian pengarang. Karena selain berasal dari pengalaman pribadi pengarang, bahasa yang digunakan dalam novel Re: juga cukup berbeda dengan novel yang lain. Dari bahasa yang dipakai oleh pengarang, secara lugas menunjukkan motif dari kepengarangannya. Maman menginginkan pembaca untuk senantiasa melihat detail dunia pelacuran, sehingga tak ada lagi yang menilai pelacur dengan sebelah mata. Pelacur juga manusia yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Ia pun butuh pembelaan saat dia merasa terdiskriminasi.[]

Leave a comment