Menggurat Visi Kerakyatan

Malam Kesaksian Tiga Dekade Teater Jember

683

3 Dekade Teater Jember merupakan perencanaan yang kami siapkan dan bakal kami kerjakan (secara bertahap) hingga dua tahun ke depan. Sebuah proyek pembacaan (ulang) dan percobaan mencari “sebentuk maps” untuk memancing kemungkinan lain geliat pra/paska produksi pertunjukan. Juga, semacam obsesi pelebaran ruang dan durasi; untuk mempertemukan lagi masyarakat teater lintas generasi melalui ruang-ruang alternatif yang lebih sanggup menangani jarak usia, bahaya nostalgia, perspektif kekinian yang mengalami pergeseran. Bukan obsesi penyusunan sejerat plot kesejarahan, melainkan upaya menemukan “konteks dan variasi bentuk pemanggungan” dalam pergulatan kreatif yang menjelaskan hubungan antara situasi zaman dengan para pekerja teater yang hidup di sekitarnya; menemukan hal yang berulang atau platform baru—baik melalui “kesaksian” atau pemberdayaan arsip. Perayaan ingatan yang rileks sebagai suatu cara mengalami kekinian bersama-sama.

Malam Kesaksian jadi tapal awal yang merupakan bagian dari serangkaianProyek Meniduri Paru-Paru Pembaca; Sharing Forum & Exhibition. Sebuah ruang perjumpaan untuk saling menatap; antara masa kini dan masa silam, sebagai kawan yang tak kehilangan cara bersuara dan mendengar, sebagai kawan yang tak kehabisan durasi eksistensial dalam keserentakannya. Oleh sebab itu, Malam Kesaksian, boleh dibilang merupakan upaya menyalakan tombol On untuk segala kemungkinan, untuk sevariatif mungkin kehadiran atau peran-peran tertentu yang layak ada (dan memang dibutuhkan) demi tergapainya habitat kreatif yang leluasa, pula siklus kesenian yang panjang
dan keterjalinan masa yang tak patah.

Malam Kesaksian menghadirkan 3 persona dari bentang dekade berlainan. Isnadi, pelaku teater cum sastrawan yang telah cukup lama mengalami seni pertunjukan Jember—baik sebagai pelaku maupun pengamat—semulai era 90’an. Sosok yang mematangkan masa mudanya dengan berproses di UKM Kesenian UNEJ, Dewan Kesenian Kampus FIB UNEJ, dsb. ini, adalah inisiator sejumlah komunitas independen, pula sempat terlibat produksi kolaboratif lintas kalangan dalam Ontheatre. Taruna Putra, seringkali diperbincangkan sebagai salah satu ikon generasi emas Teater Tiang FKIP UNEJ. Dia sempat mengikuti magang Kelola di Teater Koma. Sejumlah produksinya mendapat pujian di Festival Teater Alternatif Dewan Kesenian Jakarta dan ditampilkan di Festival Seni Surabaya. Bersama The Royal Actor Experimental Theatre yang dirintisnya, dia mendapat Hibah Seni Karya Inovatif Kelola dan sukses menjadi kelompok teater independen yang cukup diperhitungkan di Jawa Timur. Yuda, inisiator Gelanggang yang dewasa ini bisa dibilang merupakan teater independen paling progresif di Jember. Dia sempat terlibat produksi karya Hibah Seni Kelola dan diundang dalam acara FGD Teater Nasional di Yogyakarta yang diinisiasi oleh Dewan Kesenian Jakarta.

Leave a comment