Unit Kegiatan Mahasiswa Kesenian (UKM-K) Universitas Jember (UJ) gelar launching film (17/02/14) yang berjudul ‘Dua Surat’. Film pendek tersebut merupakan produksi perdana dari UKMK. Dalam kegiatan yang dilaksanakan di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) tersebut, UKMK berharap film pendek ini menjadi pondasi awal bagi kekaryaan audio visual.
Film yang disutradarai oleh Ibnu Wicaksono ini, menceritakan tokoh utama Agis seorang anak yang tinggal di panti asuhan. Dia tidak suka dan selalu marah karena dia tidak mempunyai ayah dan ibu. Akhirnya dia dibimbing oleh pengasuhnya di panti asuhan hingga berhasil dan mendapat beasiswa ke luar negeri. Namun hingga dia kembali ke panti asuhan, tetap saja belum menemukan siapa orang tuanya. Kemudian Agis bertemu seorang pengemis di depan masjid, lalu dia mengajak pengemis tersebut ke sanggar seni yang telah dia bangun. Ternyata pengemis ini dulunya adalahseorang pelacur karena ingin keluar dari pelacuran dia memilih untuk jadi seorang pengemis, tiba-tiba saja si pengemis ini menghilang begitu saja. Tanpa diketahui dia menemukan seorang anak, anak yang dibawa oleh pengemis tersebut. Dari anak itu Agis menemukan secuil surat yang sama seperti suratnya dulu ketika ia dititipkan ke panti asuhan tersebut. “Sebenarnya itu dari realitas sosial saya terinspirasi dari lingkungan sekitar. Ketika saya melihat pelacur dan pengemis,” ujar Ibnu.
Proses pembuatan film pendek Dua Surat ini dilakukan selama empat bulan sebelum akhirnya berhasil launching di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM), Universitas Jember. Proses film yang dimulai pada bulan Oktober ini memiliki banyak kendala. Salah satu kendala paling krusial adalah ketika take video karena harus menyesuaikan dengan waktu kosong, para pemain dan kru film yang semuanya adalah mahasiswa. “Solusinya ya kami harus ngambil take malam, pernah kami take paling malam jam dua belas karena sudah tidak ada waktu lagi,” ujar sutradara muda tersebut.
Ini adalah film pertama UKM Kesenian. Namun belum ada rencana untuk membawa film ini ke sebuah festival film, ujar Ibnu, tapi dia masih ingin menggarap lebih serius lagi sebuah film. Dia juga berharap perfilman di jember ini semakin banyak dan menjadi kekuatan tersendiri. Karena sebenarnya perfilman di Jember ini bagus-bagus seperti di DKK dan TITIK. “Kan kalau gak salah di Jember sendiri juga ada Jember Indie Movie atau yang disingkat JIM,” ujar sutradara muda tersebut.
Menurut Ibnu, tujuan pembuatan film ini adalah, menyampaikan pada penonton atau masyarakat untuk saling membantu antar sesama dan peduli dengan manusia lainnya. Selain itua gar para anggota memiliki motivasi karena ini baru awal.
“Ini adalah pengalaman pertama. Ini juga film pertama dari temen-temen UKM jadi menurut saya ini adalah batu loncatan. Dalam artian proses kreatifitas temen-temen sebelumnya di sastra DKK kan juga udah ada kan film. Trus di kami, juga mendukung selain foto dan video grafi itu juga ada teater, penulisan kreatif. Kami di situ memaksimalkan sarana dan prasarana, jadi film ini selain nilai moral yang diangkat. Juga menyampaikan bahwa kebaikan itu dapat kita salurkan ke orang lain, mendirikan sanggar seni contohnya,” ujar Martina Puspita Rakhmi atau yang biasa di panggil Tata, pemeran bunda citra salah satu pengasuh di panti asuhan tersebut. Menurutnya kesulitan yang lain selain menyamakan jam dengan para pemain juga ada kesulitan lain karena dalam film ini bukan hanya anak-anak teater saja namun juga dari anggota-anggota lain seperti Tata yang sebenarnya dari karawitan sehingga sulit untuk mendapatkan penjiwaan dalam peran tersebut.
Film ini juga mendapat banyak apresiasi dari banyak penonton, salah satunya Rafinza Ugareff Arga, Alumnus UKM Dewan Kesenian Kampus (DKK). “Sebenarnya film ini bagus, namun ceritanya terlalu panjang yang justru membuat para penonton merasa bosan, seharusnya pesan film yang sudah tersampaikan malah kepanjangan justru membuat penonton bingung,” ujarnya.[]
Penulis: Siti Hanifa Editor: Dieqy Hasbi Widhana