Kamis(18/8), halaman depan Gedung Ki Hadjar Dewantara Fakutas Sastra Universitas Jember (UJ) diramaikan oleh beberapa orang. Dewan Kesenian Kampus (DKK) mengadakan sharing atau diskusi “Ngobrol Musik” dengan tema “Intuisi dalam proses kreatif dengan Maulana Arga R. N sebagai pemantik diskusi. Diskusi malam itu berbicara mengenai definisi dari intuisi beserta metode dalam memperoleh sebuah intuisi.
Diskusi dimulai dari jam 20.00 WIB, dengan duduk bersila beralaskan karpet. Dilengkapi dengan camilan dan segelas kopi untuk menambah semangat peserta. Jumlah peserta yang hadir sekitar 42 orang. Beberapa diantaranya yakni dari anggota DKK sendiri, beberapa UKM/HMJ Fakultas di UJ maupun di luar UJ, para alumni serta satu dosen FS UJ.
Kegiatan ini merupakan acara diskusi lintas UKM atau eksternal pertama yang diadakan oleh teman-teman DKK, sehingga pengambilan tema tentang intuisi dalam bermusik ini dirasa sangat cocok dan banyak diminati. Pengambilan tema ini juga berangkat dari ide beberapa anggota DKK yang telah membaca buku karya Erie Setiawan yang berjudul “Serba-Serbi Intuisi Musikal dan yang Alamiah dari peristiwa Musik” yang dianggap bagus untuk dijadikan tema diskusi malam itu. “Saya rasa teman-teman mengalami proses intuisi yang sama dengan yang diutarakan di buku itu,” ujar Maulana saat diwawancarai (18/8).
Diskusi ini juga berawal dari keresahan teman-teman DKK karena merasa kosong dalam mengisi liburan semester, selain itu juga untuk menambah jaringan dan mentradisikan kembali kegiatan-kegiatan diskusi. “Merasa resah, kok lempeng-lempeng saja liburan kali ini, dan akhirnya diadakan acara diskusi,” lanjutnya.
Maulana membuka diskusi dengan memberikan waktu beberapa menit kepada peserta untuk membaca selembar TOR yang diberikan. TOR tersebut berisi tentang pengertian intuisi dari beberapa pakar, beserta fungsi dan penggunaan intuisi dalam melakukan proses kreatif khususnya dalam bermusik.
Setelah peserta selesai membaca TOR, Maulana meminta peserta mengungkapkan pendapat mereka tentang makna instuisi. Achmad Bachtiar menjelaskan bahwa intuisi dan logika merupakan dua hal yang ada pada manusia dan bisa saling menguatkan. Kemudian disambung oleh Ghuiral Hilanda Safaragus yang berpendapat bahwa proses intuisi itu berawal dari sebuah naluri/intuitif berdasarkan pengalaman dan bawaan dari lahir. Jika ingin mempertajam intuisi tentang musik, maka seseorang harus sering berhubungan dengan musik.
Setelah beberapa pengertian telah diutarakan. Pertanyaan mulai muncul dari beberapa peserta, lalu dijawab pula oleh beberapa peserta yang lain. Dalam kegiatan tanya jawab itu, tidak ada satupun pembahasan yang keluar dari topik. Dan diakhir acara, ditutup oleh salah satu dosen FS UJ Abu Bakar Ramadhan dengan sebuah kesimpulan tentang intuisi. Abu berpendapat bahwa intuisi merupakan proses spontanitas. Ia juga menyimpulkan dari beberapa buku yang ia baca bahwa terdapat tiga hal yang menghambat adanya intuisi pada diri seseorang yakni emotif, pengalaman dan psikologi. Ia juga memeberikan contoh intuisi pada pembuatan alata musik seperti Sasando yang bermula dari pembuatnya yang iseng dan tidak khawatir akan gagal sehingga hasilnya pun menjadi alat musik yang memiliki bunyi khas. Abu bakar juga menyarankan kepada peserta yang lain apabila ingin memakai intuitif, maka buang jauh-jauh teori-teori pakem yang bersifat menghambat. “Jangan terlalu banyak berpikir macam-macam, keluarkan saja intuisimu”, tukas Abu.
Setelah Abu memberikan kesimpulan, Ghuiral memberikan penawaran kepada seluruh peserta untuk mengusulkan ada tidaknya acara diskusi selanjutnya. Dari penawaran tersebut telah disepakati bahwa akan ada acara diskusi dengan tema beragam di lain waktu, tentu dengan peserta yang sama. Bukan hanya dari anggota DKK saja. []