Menggurat Visi Kerakyatan

Sempat Mendapat Ancaman, Sekolah Kritik Budaya Tetap Berlangsung

445

Ikwan Setiawan, salah satu pendiri Matatimoer kecewa dengan pembatalan acara Sekolah Kritik Budaya yang awalnya akan diadakan di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jember (UJ). Rencana ini dibatalkan oleh pihak FIB UJ dengan alasan ruangan yang akan digunakan untuk acara yudisium fakultas.

Pada awalnya Matatimoer Institute sebagai pihak penyelenggara sudah terlebih dulu meminta izin kegiatan ke Wakil Dekan I (WD I) FIB UJ. Izin itu juga sekaligus untuk acara workshop teori rutin bulanan fakultas. Namun acara Sekolah Kritik Budaya di aula FIB UJ dibatalkan. Kemudian pihak penyelenggara beralih untuk meminta izin menggunakan ruangan di home theater, tetapi ruangan itu juga digunakan sebagai tempat transit anggota senat fakultas.

Selain pembatalan izin ruangan, panitia penyelenggara juga mendapat ancaman dari Laskar Islam Jember (LIJ). Ancaman itu berbentuk pesan singkat dari facebook dan whatsapp, pesan yang berisi permintaan pembatalan acara secara paksa. Pesan itu juga mengatakan bahwa jika acara tetap dilanjutkan, akan ada sekelompok orang yang membubarkan acara.

Nindi dan Brujehsi, dua panitia yang nama dan nomor teleponnya tertera di poster acara Sekolah Kritik Budaya bahkan mendapat pesan singkat berisi ancaman. Pesan singkat yang beruntun itu berasal dari berbagai beberapa nomor tidak dikenal.

Ana dgn nmr antum bisa lho cari keberadaan sampean. Apalagi ada foto antum, dan udah ana save.” Begitulah isi pesan yang diterima dua panitia itu.

Capture percakapan whatsapp. (Dok. Istimewa)

Ikwan Setiawan selaku pendiri Matatimoer Institute mengaku bahwa panitia merasa terusik dengan ancaman itu. “Ada yang tertekan banget, kayak Nindi,” kata Ikwan. Nindi merupakan mahasiswa jurusan Sastra Inggris, FIB UJ angkatan 2013. Menurut Ikwan, beban psikologi yang diterima panitia menjadi salah satu faktor Matatimoer Institute mengikhlaskan batalnya acara Sekolah Kritik Budaya di FIB.

Pesan beruntun dari berbagai nomor tidak dikenal itu berasal dari seruan humas LIJ di laman facebook miliknya. LIJ mengajak seluruh umat Islam Jember untuk mengirimkan pesan ke panitia untuk membatalkan acara. LIJ menolak keras acara itu karena salah satu pembicara, yaitu Dede Oetomo yang dikenal dengan pahamnya terkait LGBT (Lesbian Gay Bisexual Transgender).

Dede Oetomo direncanakan akan memberikan materi mengenai Keberagaman Gender Dalam Budaya. Padahal, menurut Ikwan, materi itu bukan tentang LGBT, tetapi membicarakan persoalan dan kompleksitas gender secara akademis.

Informasi pembatalan acara di web milik Matatimoer menyebabkan berkurangnya peserta Sekolah Kritik Budaya. “Akhirnya banyak peserta dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) , Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) itu yang nggak jadi daftar,” kata Ikwan.

Meskipun kegiatan Sekolah Kritik Budaya dibatalkan di FIB, namun acara ini tetap berlangsung sesuai tanggal yang sudah diumumkan. Kemarin, tepatnya pada 18-19 Mei 2017 acara ini berlangsung di Perpustakaan Daerah Jember, Jalan Letjen DI Panjaitan No.49. Tetapi acara itu tanpa kehadiran Dede Oetomo.

Adanya beberapa masalah pada acara Sekolah Kritik Budaya ke-1 tahun ini, tidak lantas membuat Matatimoer Institute menjadi takut untuk menggelar kembali acara seperti ini. Ikwan berharap ke depannya, pihak Dekanat FIB UJ mampu memberikan ruang untuk kegiatan semacam Sekolah Kritik Budaya. “Ya nanti makanya kita akan mendesain kerjasama yag lebih bagus dengan fakultas,” ujar Ikwan. []

 

Penulis: Denaneer Nabilah

Reporter: Septian Trisahmi & Denaneer Nabilah

Editor: Winda Chairunisyah Suryani

Leave a comment