Menggurat Visi Kerakyatan

Kursus Jurnalisme Sastrawi XXII Yayasan Pantau

647

Silabus Kursus

Jakarta, 6 – 17 Januari 2014

Di Jakarta, pada Juli 2001, Janet Steele dan Andreas Harsono mengampu sebuah kelas soal bagaimana menulis panjang. Mereka memperkenalkan gerakan yang dimulai pada 1973 di New York, ketika Tom Wolfe mengenalkan sebuah genre baru: New Journalism.
Ia mengawinkan disiplin keras dalam jurnalisme dengan daya pikat sastra. Genre ini mensyaratkan liputan dalam, namun memikat. Genre ini kemudian dikenal dengan nama narative reporting. Menurut Nieman Reports, sejak 1980an, suratkabar-suratkabar di Amerika banyak memakai elemennya ketika kecepatan televisi membuat suratkabar tampil dengan laporan mendalam. Kini dotcom pun mulai masuk ke format penulisan panjang.
Kursus tersebut dapat minat cukup banyak orang. Setiap tahun, Steele dan Harsono mengajar di Jakarta lewat Yayasan Pantau. Mereka juga mengajar di berbagai kota, Davao City sampai Kuala Lumpur, dari Banda Aceh sampai Ambon.
Kursus ini dibuat dua minggu. Peserta adalah orang yang biasa menulis untuk media. Setidaknya berpengalaman sekitar lima tahun. Peserta maksimal 18 orang agar pengampu punya perhatian memadai buat semua peserta. Calon peserta diharapkan mengirim biodata dan contoh tulisan agar pengampu mengetahui kemampuan dasar peserta lebih awal. Biaya pendaftaran Rp 3 juta. Biaya tersebut sudah termasuk buku dan materi kursus non buku sekitar 200 halaman serta coffe break dan makan siang.

 

INSTRUKTUR
Janet Steele — Profesor dari George Washington University, spesialisasi sejarah media, mengajar mata kuliah narrative journalism. Menulis buku The Sun Shines for All: Journalism and Ideology in the Life of Charles A. Dana dan Wars Within: The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia. Saat ini dia sedang menulis tentang jurnalisme dan Islam.
Andreas Harsono – Peneliti Human Rights Watch, salah satu pendiri Yayasan Pantau, anggota International Consortium of Investigative Journalists, mendapatkan Nieman Fellowship di Universitas Harvard. Menyunting buku Jurnalisme Sastrawi: Antologi Liputan Mendalam dan Memikat.
Goenawan Mohamad (pembicara tamu) — Penyair, kolumnis, redaktur pendiri majalah Tempo (1971), serta ikut mendirikan Komunitas Utan Kayu dan Teater Salihara. Dia menulis belasan buku termasuk Tuhan dan Hal-hal Yang Tak Selesai.

 


JANET STEELE

Senin, 6 Januari 2014 pukul 10:00-12:00 – Pembukaan: perkenalan, silabus dan bagi tugas. Diskusi tentang kemungkinan jurnalisme sastrawi untuk keperluan suratkabar dan dotcom, lebih praktis, serta sejarah dan perbedaan antara “new,” “literary” dan “narrative” journalism.
Bacaan: “The Girl of the Year” oleh Tom Wolfe; “Dua Jam Bersama Hasan Tiro” oleh Arif Zulkifli; “A Boy Who Was Like a Flower” oleh Anthony Shadid, “Bearing Witness in Syria: A Reporter’s Last Days,” oleh Tyler Hicks, dan “Kegusaran Tom Wolfe” oleh Septiawan Santana Kurnia.
Senin, 6 Januari 2014 pukul 13:00-15:00 — Diskusi lanjutan tentang definisi jurnalisme sastrawi, dari Tom Wolfe hingga Mark Kramer, dan pengaruhnya pada perkembangan penulisan di Amerika Serikat.
Tugas untuk hari Selasa: Menulis tentang sebuah peristiwa yang disaksikan. Mulai dengan adegan, tanpa “penjelasan.” bersadarkan karya Tom Wolfe “The Girl of the Year.” Topiknya bisa apa saja tapi yang bisa memikat pembaca untuk membaca narasi itu. Mohon tak membuat lebih panjang dari dua halaman, dua spasi agar semua peserta bisa mendapat bagian membacakan karyanya.
Selasa, 7 Januari 2014 pukul 10:00-12:00 — Diskusi tentang pekerjaan rumah. Bacaan: “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” oleh Chik Rini; sebagian dari buku “In Cold Blood” karya Truman Capote dan kliping dari harian The New York Times pada 1959 “Wealthy Family, 3 of Family Slain.”
Selasa, 7 Januari 2014 pukul 13:00-15:00 — Diskusi tentang immersion reporting berdasarkan karya Truman Capote “In Cold Blood” serta membandingkannya dengan “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft.”

 

ANDREAS HARSONO

Kamis, 9 Januari 2014 pukul 10:00-12:00 – Diskusi tentang dasar-dasar dan etika jurnalisme. Pedomannya, The Elements of Journalism karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel.
Bacaan: Buku Sembilan Elemen Jurnalisme terjemahan karya Kovach dan Rosenstiel disediakan dalam paket. Ada resensinya oleh Andreas Harsono. “Media Bias in Covering the Tsunami in Aceh” karya Andreas Harsono.
Kamis, 9 Januari 2014 pukul 13:00-15:00 – Diskusi soal jurnalisme sastrawi, membedakan mana yang fakta dan mana yang fiksi, tujuh pertimbangan dalam genre ini.
Bacaan: “Kegusaran Tom Wolfe” oleh Septiawan Santana Kurnia; “Ibarat Kawan Lama Datang Bercerita” oleh Andreas Harsono dalam buku Jurnalisme Sastrawi; laporan-laporan dalam Nieman Narrative Journalism Conference.
Tugas untuk hari Senin: Perhatikan sesuatu di lingkungan Anda. Bikin deskripsi dengan padat. Manfaatkan penciuman, pendengaran, warna, gerakan, kasar-halus, kontras (lucu, aneh, menarik) dan sebagainya. Hindarkan klise macam “nyiur melambai” atau “angin sepoi-sepoi.” Bikin deskripsi yang akan merampas perhatian pembaca! Maksimal satu halaman. Bacalah ”Reporting in the key to good journalism” soal push up oleh Steven A. Holmes.

Jumat, 10 Januari 2014 pukul 10:00-12:00 — Diskusi tentang pluralisme dan toleransi agama bersama Goenawan Mohamad di Teater Salihara. Goenawan adalah redaktur pendiri majalah Tempo, kolumnis “Catatan Pinggir” sejak 1977.

Senin, 13 Januari 2014 pukul 10:00-12:00 – Diskusi struktur narasi dengan contoh “Hiroshima” karya John Hersey.
Bacaan: “Hiroshima” oleh John Hersey; “Menyusuri Jejak John ‘Hiroshima’ Hersey” oleh Bimo Nugroho.

Senin, 13 Januari 2014 pukul 13:00-15:00 – Diskusi tentang sumber anonim dan teknik interview. Berlatih interview dengan bantuan video dan layar televisi.
Bacaan: “Tujuh Kriteria Sumber Anonim”; “Ten Tips for Better Interviews”
Tugas untuk hari Rabu: Carilah seseorang yang menarik serta wawancarailah dia. Gunakan wawancara itu guna membuat deskripsi dan dialog. Pilih kalimat-kalimat yang bernas, memikat, indah, kuat serta menyentak. Maksimal satu halaman. Pikirkan dampak dari setiap kalimat dalam mengikat emosi pembaca.

Rabu, 15 Januari 2014 pukul 10:00-12:00 – Satu isu namun muncul dalam tiga pendekatan. Isunya Aceh. Perhatikan beda ketiga struktur.
Bacaan: “Kejarlah Daku Kau Kusekolahkan” karya Alfian Hamzah; “Republik Indonesia Kilometer Nol” karya Andreas Harsono; “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” karya Chik Rini.

Rabu, 15 Januari 2014 pukul 13:00-15:00 – Liputan agama dan meningkatnya serangan kepada minoritas agama. Mengapa dan bagaimana meliputnya?
Bacaan: ”Atas Nama Agama: Pelanggaran terhadap Minoritas Agama di Indonesia” oleh Human Rights Watch. Bila tak sempat baca laporan panjang tsb, bisa baca ringkasannya. Buat perbandingan, silahkan baca ”The Double Game” karya Lawrence Wright

Jumat, 17 Januari 2014 pukul 10:00-12:00 – Kebebasan berpendapat dan berekspresi serta resiko gugatan pencemaran nama baik maupun criminal defamation. Bagaimana melihat suasana kebebasan berpendapat di Indonesia? Papua? Irshad Manji? Lady Gaga?
Bacaan: “Kritik Menuai Badai: Konsekuensi Hak Asasi Manusia dari Pasal Pencemaran Nama Baik di Indonesia” oleh Christen Broecker serta “Belajar dari Filep Karma” oleh Andreas Harsono. Pelajari juga pasal-pasal yang bisa membawa seseorang ke penjara karena Twitter, Facebook, email maupun tulisan.

Jumat, 17 Januari 2014 pukul 13:00-15:00 – Penutupan dan warna sari

***

 

Leave a comment