Menggurat Visi Kerakyatan

Film “Setengah Manusia” Kisah Nyata dari Sang Sutradara

451

Film Setengah Manusia yang disutradarai oleh Epank Abdillah ini menuai antusias penonton dalam launching yang dilaksanakan oleh Dewan Kesenian Kampus (DKK), pada Jumat (23/9) di Aula Fakultas Ilmu Budaya Univesitas Jember (FIB UJ).

Ide cerita pada Film Setengah Manusia ini diangkat dari pengalaman hidup Epank. “Ini adalah pengalaman dimasa lalu saya, waktu itu salah satu anggota keluarga saya sedang mengalami kejadian seperti ini,” ungkap Epang.

Film ini bercerita tentang seorang anak yang hidup di pedesaan bernama Rizal. Rizal hidup bersama seorang Ibu yang memiliki gangguan jiwa dan seorang kakek. Hidup yang serba kekurangan membuat kakek tidak dapat merawat Ibu Rizal dengan baik. Setiap harinya sang ibu hanya dipasung di kandang sapi milik kakek. Kakek melihat ibu Rizal hanya saat tiba waktu makan siang dan malam. Rizal tidak diperbolehkan menemani sang Ibu oleh kakek.

Suatu hari seorang belantik sapi datang kerumah Rizal untuk bertemu dengan kakek. Mereka sedang membicarakan sesuatu.

Rizal mempunyai seorang orang teman bernama Agung. Agung pernah mengajak Rizal ke kuburan Cina untuk sekedar mengambil buah-buahan hasil kiriman keluarga dari mayat yang ada di dalam kuburan tersebut. Dalam film ini Agung bercerita bahwa disanalah tempat dia bermain, tak ada satu orang pun selain Rizal dan dirinya yang mengetahui tempat tersebut.

Rizal dalam film ini diceritakan sebagai anak yang peduli dan sayang terhadap ibunya. Diam-diam rizal member selimut pada ibunya di malam hari. Saat kakek sedang menghadiri penerimaan rapor Rizal disekolah, Rizal memanfaatkan waktu itu untuk melepaskan pasungan ibunya dan membawanya pergi. Satu tempat yang ia anggap aman adalah kuburan cina yang sempat Agung ceritakan kepada Rizal.

Film ini dinilai sedikit “mengambang” oleh salah satu dosen yang hadir saat memasuki acara apresiasi film, karena di akhir cerita, kakek mengantar belantik sapi pergi dengan membawa seekor sapi beserta ibu Rizal dengan mengendarai Pic up. “Saya sih menduga ini, antara sapi dijual ke belantik sapi, atau sapi ini sebagai mahar kepada belantik sapi untuk membawa entah kemana si ibunya Rizal. Ini yang menjadikan film ini dalam tanda kutip ngambang,” ungkap Dr. Ikwan Setiawan, S.S., M.A. saat mengapresiasi Film Setengah Manusia.

“Saya sengaja bikin ngambang, saya sendiri gak tau ibu itu mau dibawa kemana sama si belantik sapi itu. Saya tahu hanya ibunya dibawa sama belantik sapi itu intruksi dari embah, setelah itu saya gak tau,” jelas Epank.

Satu hal lagi yang dikritisi oleh penonton, yakni penggunaan bahasa Jawa pada semua dialog yang terjadi pada film ini. “Saya hanya ingin mengangkat budaya lisan lokal bahasa Jawa, dan untuk gaya bahasa dan dialek adalah keunikan tersendiri dari para talent,” jawab Epank.

Dalam film ini tokoh Rizal di perankan oleh remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP) bernama M. Dwi Rizky asal Jember. Tokoh kakek diperankan oleh seorang seniman yang cukup terkenal di Jember bernama Dani Al- Pratama. Tokoh ibu diperankan oleh Cahyatina. Tokoh Agung diperankan oleh M. Fahmi dan belantik sapi diperankan oleh Achmad Bachtiar Sejahtera.

Sutradara film Setengah Manusia Epank, berharap pesan moral yang terkandung dalam film ini dapat diterima oleh penonton. “Membuka persepsi orang-orang sekitar terhadap orang-orang yang memiliki gangguan jiwa, sehingga mereka juga mendapatkan sedikit kepedulian,” tutur Epang.

“Film ini hanya bertujuan untuk memberikan pandangan, ajakan. Ayo kita buka lagi wawasan, kepedulian, atau kepekaan terhadap sekitar. Masih banyak sesuatu yang sebenernya perlu kita rasakan, perlu kita pandang dan perlu kita bantu,” tambah Epang.[]

Leave a comment