Menggurat Visi Kerakyatan

UPAYAKAN RUANG AMAN: Anak-Anak Jadi Penyampai Pesan dalam Peringatan 16 HAKTP

Reporter: Ichwan Widiyanata Prayogi
Editor: Nandyta Alifia

10

Minggu (8/12), Sekolah Sastra Anak (SSA) bekerja sama dengan Al Kautsar Education Center, PAR Alternatif, dan Gauri Movement menyelenggarakan acara bertajuk “TAMAN: Pentas Aman” dalam rangka memperingati 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP). Berlangsung di Double Way Universitas Jember (UNEJ), acara ini memberikan panggung kepada anak-anak untuk menyampaikan pesan kampanye melalui seni literatur seperti puisi, cerpen, musikalisasi puisi, hingga nyanyian.

Zahra Fadia Siti Haliza, pendiri Sekolah Sastra Anak (SSA) sekaligus perancang konsep acara ini, menyampaikan bahwa anak-anak dipilih sebagai penyampai pesan utama untuk memberikan sudut pandang baru. “Kami menampilkan anak-anak membawakan pentas karya sastra anak ya karena seperti itulah cara mereka berekspresi semestinya dengan membacakan karya-karya sastra ntah dalam bentuk nyanyian, tulisan, hingga lisan,” tutur Zahra.

Zahra menambahkan bahwa keterlibatan anak-anak juga bertujuan melatih kepercayaan diri mereka untuk berekspresi di ruang publik. “Kami ingin memberikan anak-anak ruang berekspresi di tengah masyarakat kita hari ini, juga ingin melatih mereka untuk lebih terbiasa melatih kepercayaan diri untuk berbicara menyuarakan apa yang ingin mereka suarakan di hadapan publik,” tambahnya.

Acara ini terdiri dari tiga agenda utama. Pertama, Gebyar Pentas Sastra Anak, menampilkan kreativitas anak-anak dalam membacakan puisi, cerpen, dan musikalisasi puisi sebagai bentuk ekspresi. Kedua, Tanda Tangan dan Cap Tangan Komitmen Cipta Ruang Aman, yang mengajak publik berkomitmen menciptakan lingkungan aman bagi semua, termasuk perempuan, anak, lansia, kelompok disabilitas, maupun laki-laki. Ketiga, Sebar 16 Mawar Merah, sebuah aksi simbolis menyebarkan kasih sayang sebagai perlawanan terhadap kekerasan.

Sebagai agenda simbolik, Sebar 16 Mawar Merah menawarkan pendekatan unik dan bermakna dalam melawan kekerasan. Alih-alih menggunakan cara keras seperti demonstrasi atau teriakan, penyelenggara memilih pendekatan lembut dengan mawar merah sebagai simbol kasih sayang. Aksi ini mengajak publik melawan kekerasan melalui kasih sayang dan empati. “Mawar merah menyimbolkan kasih sayang, maka sebar 16 mawar ini adalah bentuk perlawanan terhadap kekerasan dengan menyebarkan kasih sayang,” tambah Zahra.

Ricky Khoiril Umam, salah satu penonton yang hadir merasa terkesan dengan kreativitas anak-anak yang terlibat dalam acara ini. Menurutnya, keterlibatan anak-anak memberikan nuansa baru pada peringatan 16 HAKTP yang biasanya lebih banyak melibatkan orang dewasa. “Biasanya saya melihat peringatan 16 HAKTP lewat berita atau seminar, tapi kali ini saya melihat anak-anak membawa pesan cinta dan solidaritas dengan cara yang sangat kreatif,” ungkapnya.

Mengingat tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, Zahra sebagai penggagas acara ini berharap kegiatan ini dapat menjadi ruang edukasi untuk meningkatkan kesadaran dan kepekaan masyarakat terhadap isu kekerasan. “Pastinya yang pertama adalah supaya masyarakat luas lebih aware akan isu kekerasan terhadap perempuan, yang mana hari ini angkanya masih sangat tinggi baik verbal, fisik, ekonomi, bahkan kekerasan sosial,” harapnya.

Selain itu, “TAMAN: Pentas Aman” bertujuan menciptakan ruang aman bagi anak-anak untuk berekspresi, sekaligus menanamkan nilai empati sejak dini. “Karena memang adanya ruang aman ini supaya kita sama-sama bisa menghargai dan memenuhi hak asasi manusia terhadap satu sama lain,” tegas Zahra.

Terakhir, Zahra mengungkapkan bahwa keterlibatan anak-anak dalam gerakan sosial seperti ini merupakan langkah strategis untuk membentuk masa depan bangsa yang lebih baik. “kenapa kemudian kita harus melibatkan anak-anak dalam gerakan seperti ini ya sebagai media edukasi terhadap anak-anak supaya dapat melek isu sosial dan dapat mengambil perannya di tengah-tengah masyarakat nantinya,” pungkasnya.[]

Leave a comment