Menggurat Visi Kerakyatan

Puisi-Puisi Roisul Kholis

607

Amis

Perihal kancing. Rahasianya hanya dia, kucing, dan Tuhan yang tahu
Percaya atau tidak, pasti percaya, percayalah
Mandi dia pakai baju. Beraknya lewat mulut
Jadi si kancing aman menutup rapat
Bahkan semut yang tak sengaja lewat. Seketika menghuni alam baka. Diduga mencium rahasia.
“Kancing ini berharga mati! Bukan seharga sekilo beras!”
Sambil menjinjit menunjuk langit
Membuat celananya terangkat
Sehingga dari bawah kelihatan jelas resletingnya menganga
Seperti goa

Mencium amis, koloni semut berbondong-bondong datang
Kucing membelokkan lirikan
Entah di mana sepertinya Tuhan ketawa

Jember, 2016

 

Kata-Kata Disergap Kucing

Jika sajakku seruncing tombak

Matahari hingar bingar

Peluh musti tumpah

Ketika sajakku gagah tampan rupawan

Kepada hidup aku berkhianat

Dan ibuku pasti marah

Sajakku yang kurus setengah mati

Belum cukup lapar dihadap dunia

Kata-kata selama tak sepadan tak berhak berbunyi

Kata-kata nemu di meja kafe,

lebih berarti kucing pencuri pindang

NB: Aku diberitahu kucing, ia nyuri sebab sebelumnya tidak kebagian jatah

Jember, 2016

img-20161005-wa0003

Kota Tua

Kota khawatir ialah kotaku

Kota yang batuk-batuk tadi malam juga kotaku

Pepohonan cemas ke mana akan pindah

Tanah tua

yang sakit-sakitan

Bergantung pada obat-obatanlah satu-satunya

Lagi pula bagaimana?

Lubang paru parunya makin lebar

Tulang erosi

Kota ini

Anak-anaknya cari makan lewat poster-poster

Tanah tua itu

tak kuat lagi menanak nasi

Bahkan suaminya kini

Kabur

Membawa warisan yang telah ia curi

 

Bojonegoro, 05 Agustus 2015

 

Ustadku

Di waktu yang waktu
Di ruang yang ruang
Engkau bercerita
Betapapun pemalas
Adalah sifat iblis
Sebagai manusia
Usaha merupakan ibadah
Dan olehnya rasa syukur
Di terang yang terang
sementara gelap yang gelap
Engkau malantunkan ayat-ayat
Merdu…
Aku terharu
Kukira apalah jadi ketika kuungkapkan,
Segalanya cukup baginya
tak tergantung siapa-siapa lagi
Dunia sudah tak penting
Beliau lepas dari keduawian
tidak butuh apa-apa
tidak perlu melakukan apa-apa
Bahkan rela tidak bekerja
demi mengisi ceramah ke masjid-masjid selanjutnya

Jember, 2016

Eror

Pertama-tama rayuan dulu
Lalu penghabisan kata-kata
Ketika mendaki ke puncak
Dan oh
Jangan dulu, masih terlalu dini
Pelan
Rasakan kenikmatan
Lucuti nama-nama
Sampai keluar betul bentuk
Tatap mata
Suara
Tubuh
Halus, oh oh
Rangsangan makin naik pitam
Dikerumuni desah demi desah
Sebelah sana!
Tepat sasaran,
Genjot
Keringat mengalir
Kejar
Gapai
Naik
Terus oh oh
Dan
Oh
Seutas tali putus lagi
Gapai lagi
Naik
Makin melayang-layang
Dan oh oh
OH NO!
Filmnya eror

Jember, 2015

Roisul Kholis, seorang mahasiswa binal yang agak sedikit gemar menulis. Aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Jember, IMASIND (Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia). Dalam kehidupannya di kampus, ia dikenal sebagai orang yang tak begitu terkenal. Teman-teman biasa memanggilnya Blodot. Soal prestasi, pernah menjadi juara 2 lomba mewarnai tingkat kanak-kanak se-kecamatan. Dapat disapa melalui akun media sosial berupa Facebook (Rois Blodot), Twitter @Blodotr dan instagram .

Leave a comment