Amis
Perihal kancing. Rahasianya hanya dia, kucing, dan Tuhan yang tahu
Percaya atau tidak, pasti percaya, percayalah
Mandi dia pakai baju. Beraknya lewat mulut
Jadi si kancing aman menutup rapat
Bahkan semut yang tak sengaja lewat. Seketika menghuni alam baka. Diduga mencium rahasia.
“Kancing ini berharga mati! Bukan seharga sekilo beras!”
Sambil menjinjit menunjuk langit
Membuat celananya terangkat
Sehingga dari bawah kelihatan jelas resletingnya menganga
Seperti goa
Mencium amis, koloni semut berbondong-bondong datang
Kucing membelokkan lirikan
Entah di mana sepertinya Tuhan ketawa
Jember, 2016
Kata-Kata Disergap Kucing
Jika sajakku seruncing tombak
Matahari hingar bingar
Peluh musti tumpah
Ketika sajakku gagah tampan rupawan
Kepada hidup aku berkhianat
Dan ibuku pasti marah
Sajakku yang kurus setengah mati
Belum cukup lapar dihadap dunia
Kata-kata selama tak sepadan tak berhak berbunyi
Kata-kata nemu di meja kafe,
lebih berarti kucing pencuri pindang
NB: Aku diberitahu kucing, ia nyuri sebab sebelumnya tidak kebagian jatah
Jember, 2016
Kota Tua
Kota khawatir ialah kotaku
Kota yang batuk-batuk tadi malam juga kotaku
Pepohonan cemas ke mana akan pindah
Tanah tua
yang sakit-sakitan
Bergantung pada obat-obatanlah satu-satunya
Lagi pula bagaimana?
Lubang paru parunya makin lebar
Tulang erosi
Kota ini
Anak-anaknya cari makan lewat poster-poster
Tanah tua itu
tak kuat lagi menanak nasi
Bahkan suaminya kini
Kabur
Membawa warisan yang telah ia curi
Bojonegoro, 05 Agustus 2015
Ustadku
Di waktu yang waktu
Di ruang yang ruang
Engkau bercerita
Betapapun pemalas
Adalah sifat iblis
Sebagai manusia
Usaha merupakan ibadah
Dan olehnya rasa syukur
Di terang yang terang
sementara gelap yang gelap
Engkau malantunkan ayat-ayat
Merdu…
Aku terharu
Kukira apalah jadi ketika kuungkapkan,
Segalanya cukup baginya
tak tergantung siapa-siapa lagi
Dunia sudah tak penting
Beliau lepas dari keduawian
tidak butuh apa-apa
tidak perlu melakukan apa-apa
Bahkan rela tidak bekerja
demi mengisi ceramah ke masjid-masjid selanjutnya
Jember, 2016
Eror
Pertama-tama rayuan dulu
Lalu penghabisan kata-kata
Ketika mendaki ke puncak
Dan oh
Jangan dulu, masih terlalu dini
Pelan
Rasakan kenikmatan
Lucuti nama-nama
Sampai keluar betul bentuk
Tatap mata
Suara
Tubuh
Halus, oh oh
Rangsangan makin naik pitam
Dikerumuni desah demi desah
Sebelah sana!
Tepat sasaran,
Genjot
Keringat mengalir
Kejar
Gapai
Naik
Terus oh oh
Dan
Oh
Seutas tali putus lagi
Gapai lagi
Naik
Makin melayang-layang
Dan oh oh
OH NO!
Filmnya eror
Jember, 2015
Roisul Kholis, seorang mahasiswa binal yang agak sedikit gemar menulis. Aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Jember, IMASIND (Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia). Dalam kehidupannya di kampus, ia dikenal sebagai orang yang tak begitu terkenal. Teman-teman biasa memanggilnya Blodot. Soal prestasi, pernah menjadi juara 2 lomba mewarnai tingkat kanak-kanak se-kecamatan. Dapat disapa melalui akun media sosial berupa Facebook (Rois Blodot), Twitter @Blodotr dan instagram .