Latifatul Izzah Ungkap Alasan Sarana Prasarana Kelas Minim
Sejak tahun 2015 Fakultas Sastra Universitas Jember (FS UJ) sedang gencar-gencarnya melakukan renovasi serta pengadaan sarana dan prasarana kampus. Mulai dari pembangunan lantai tiga gedung Ki Hadjar Dewantara, pergantian warna-warni cat bangunan, pembangunan kantin hingga menjadi kantin yang lebih luas, pembangunan taman dan double way, serta masih banyak lagi.
Namun, sejalan dengan berbagai pembangunan itu, sarana dan prasarana kelas untuk proses belajar mengajar masih belum ada perubahan. Latifatul Izzah selaku Pembantu Dekan II (PD II) FS UJ mengaku banyak laporan tentang rusaknya fasilitas kelas seperti proyektor dan Liquid Cristal Display (LCD) yang tidak bisa menyala. Proyektor dan LCD sebagai alat presentasi untuk dosen dan mahasiswa. Selain kedua alat itu, ada juga kipas angin yang sudah tidak bisa berputar. “Ini aja saya dapat laporan, ruang tiga itu TV-nya (LCD) rusak, sudah secepatnya saya suruh ganti TV-nya, terus kemudian itu nanti diperbaiki TV yang ada di situ, cuman memang ada ruang kalau ndak salah empat, itu juga ndak fungsi kipas anginnya,” ungkap Latifatul pada Kamis (10/03).
Selain banyaknya fasilitas kelas yang rusak, Latifatul juga mengatakan bahwa ruang satu sampai enam merupakan bangunan tua sehingga banyak atap kayu yang sudah rapuh. Latifatul bahkan sempat bercerita bahwa bangunan tersebut berdiri sejak tahun 1984, setahun setelah ia pertama kali masuk dan mengajar di FS UJ. “Memang kalau di lihat dari luar bagus, tapi kayunya, kayunya tuh, itu kan bangunan tahun 84 mungkin, jadi saya sebelum masuk ke sini saya kan 85,” kata Latifatul mencoba mengingat.
Latifatul menjelaskan bahwa dirinya sudah memiliki niat untuk memperbaiki atap yang mulai rusak, ia bahkan sudah mencoba berkomunikasi dengan Rektor UJ. Namun, niatnya terhambat mengingat jumlah kelas FS UJ yang sedikit. Latifatul merasa khawatir perbaikan kelas dapat mengganggu proses belajar mengajar, karena tidak adanya kelas ataupun ruang cadangan.”Itu saya mau rehab, saya komunikasi sama universitas, kalau saya rehab, saya buka gentengnya kemudian saya ganti galvalum, kok nampaknya saya mubazir, mubazirnya apa, kelas kita itu kurang,” keluhnya.
Hambatan lain juga berasal dari kurangnya dana pembangunan. Menurut Latifatul, memperbaiki gedung lama butuh dana yang besar. “Jadi gini dek, urusan mbangun itu bertahap, saya itu mau merehab, itu nampaknya kayu-kayu yang ada di ruang satu sampe enam itu banyak yang rapuh, lah itu kalo saya yang bongkar , itu kan butuh dananya besar, kalau taman tidak begitu besar,” jelasnya.
Pembangunan taman FS UJ yang didahulukan daripada renovasi gedung lama, menurut Latifatul merupakan sebuah upaya untuk mempercantik dan memberikan kesan rapih. Namun, Latifatul juga berharap bisa memenuhi semua sarana dan prasarana kelas demi mahasiswa. “Ini karena uangnya masih, masih repot ini dek, jadi inshaa Allah akan saya selesaikan ruang satu sampai enam itu dalam tahun ini,” tandasnya. []
Baca juga: Penuhi permintaan mahasiswa, kantin sastra kembali dibuka, Mahasiswa Anggap Pembangunan Pujasera sebagai Pemborosan Dana, Kegagapan Pembangunan Fakultas Sastra Universitas Jember.