Unej Film Festival (UNEFF) kembali diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Film dan Televisi (HIMAFISI) sebagai bagian dari rangkaian acara Dies Natalis Universitas Jember yang ke-60. Acara ini dibuka dengan opening ceremony pada Rabu (13/11) dan berlangsung hingga Sabtu (16/11). Rangkaian kegiatan berlokasi di Aula Sutan Takdir Alisjahbana Fakultas Ilmu Budaya.
UNEFF merupakan festival film yang diselenggarakan oleh HIMAFISI, sebagai bagian dari rangkaian acara Dies Natalis Universitas Jember. UNEFF menyajikan rangkaian kelas film, diskusi bersama para sineas, hingga pemutaran dan apresiasi film. UNEFF diharapkan menjadi platform bagi sineas muda dan menjadi wadah bagi komunitas film seluruh Indonesia untuk berdiskusi dan menampilkan karya-karya mereka. Selain itu, UNEFF juga bertujuan memberikan edukasi tentang dunia perfilman pada siswa sekolah yang tertarik dengan dunia film.
UNEFF 2024 kali ini digelar penuh semangat dengan mengangkat tema “indigeneity” Zulfikar Matra Ramadhan, festival director UNEFF 2024, mengatakan bahwa tema ini adalah hasil dari diskusi bersama program director. Acara ini digagas untuk mengangkat isu-isu lokal dan ingin mempromosikan budaya setempat, khususnya di Jember. “Tema yang diangkat tahun ini itu indigeneity sebutannya, nah indigeneity itu juga bisa disebut pribumi. Nah kenapa kok kita ngangkat tema pribumi itu? Itu berawal dari obrolanku sama program director, yang kayak kita itu sama-sama interest atau tertarik dengan film yang mengangkat isu-isu lokal,” ungkapnya.
Zulfikar juga mengatakan bahwa pada UNEFF kompetisi tahun ini tersubmit sebanyak 359 film dari seluruh Indonesia namun hanya 20 film terbaik yang berhasil lolos kurasi dan ditayangkan pada rangkaian sesi layar kompetisi. “Nah, ini kan ada program yang namanya itu program kompetisikan di UNEFF, itu total ada sekitar 359 film yang masuk, itu dari seluruh Indonesia. Nah, untuk film yang lolos kurasi itu ada 20,” ungkapnya. Adapun dari 20 film yang lolos, di antaranya: Vakansi Nestapa, Ramo’ Succo’, Hajat, Santunan, Nada-nada Seragam, Sealed Shut, Maha Kuasa, Ulat-ulat Menggeliat, Jagat, Lose Portrait, Kaulinan, Tjhin, Ojhung, Saat Malam Menjadi Merah, Bara Api Sriwedari, Urai, Rupiah dari Besi Tua, Two Story of Body, Feel Tika’s Feeling in Seven Minutes, Seperti Sebuah Nama.
UNEFF 2024 dimulai dengan serangkaian acara pra-festival yang meliputi Uneffenture School, Uneffenture Community, dan Layar Tancap Desa. UNEFF berlanjut pada main-festival pada hari Rabu (13/11). Inti acara meliputi opening ceremony. berlanjut dengan pemutaran, apresiasi film pembuka. Acara disusul dengan diskusi film melalui Layar Kompetisi 1 berjudul “Layar Kaya Cerita”, dan Layar Kompetisi 2 berjudul “Cerita yang Tak Lekang”. Rangkaian acara dilanjutkan pada Kamis (14/11), berisi kelas master, kelas deru, dan layar komunitas. Kemudian pada Jum’at (15/11) digelar Layar Kompetisi 3 berjudul “Mendobrak Batas”, Layar Kompetisi 4 “Dunia Tanpa Belas Kasih”, dan Guyub Pasir sebagai forum diskusi komunitas film. UNEFF diakhiri pada Sabtu, (16/11), di tutup dengan Kelas Rimbun dan closing party bertempat di Auditorium LT 5 Gedung Soedjarwo.
Noval Khidir Saputra, salah satu mahasiswa Program Studi Televisi dan Film (PSTF) yang hadir dalam acara Main Festival UNEFF, mengungkapkan kesannya. Menurut Noval, UNEFF merupakan acara besar dan worth it untuk dihadiri, apalagi untuk mahasiswa PSTF sebagai bekal pengalaman dan mencari inspirasi. “UNEFF worth it-lah untuk memberikan impact ya, kepada kita mahasiswa, terutama saya sendiri dari jurusan PSTF,” ungkapnya.
Noval turut memberikan harapan untuk UNEFF. Ia berharap bahwa UNEFF tahun depan bisa lebih banyak mengundang para sineas dan memperbanyak kelas-kelas film. “Mau berharap lebih baik, tapi ini udah baik menurut saya. Mungkin ke depannya bisa mengundang sineas lebih banyak dan kelas lebih banyak dan bisa menarik peserta lebih banyaklah” pungkasnya.[]