Menggurat Visi Kerakyatan

MAHASISWA SASTRA INDONESIA 2024 GELAR PEMENTASAN ANAK WAYANG: BANGUN SOLIDARITAS MELALUI TEATER

Reporter: Desti Sagita
Editor: Ichwan Widiyanata Prayogi

3

Sabtu (17/5), Sastra Indonesia angkatan 2024 (Sasindo 24) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (FIB Unej) menggelar pementasan drama kolosal Anak Wayang karya M.J Widjaya di Pendopo Krida Budaya. Pementasan yang dibawakan oleh Loka Bhasa 2024 dengan tajuk Nuraga Smara ini merupakan bagian dari pemenuhan tugas Wisata Ilmiah mahasiswa Sastra Indonesia 2024, yang difasilitasi oleh Imasind  (Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia).

Taufiqurrahman, mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2024, sekaligus sutradara dalam pementasan ini menilai proses pengolahan naskah terasa lebih ringan karena tim sudah memiliki pengalaman sebelumnya dalam pementasan teater kolosal. “Secara personal sendiri, pengolahan naskah ini lebih gampang mengingat teman-teman Sastra Indonesia 2024 Loka Bhasa di inaugurasi kemarin saat PPMB sudah pernah menampilkan teater kolosal, jadi penyesuaiannya lebih mudah, begitu,” ujarnya saat diwawancarai pada Sabtu (17/5).

Pementasan Anak Wayang menonjolkan dua tema utama, yakni kesetiaan dalam hubungan dan penindasan oleh pemimpin yang munafik. “Dalam drama ini, yang pertama ditonjolkan adalah tema kesetiaan. Anak Wayang menceritakan kesetiaan dua pasangan, di mana salah satu pergi untuk kepentingan besar. Pasangan yang ditinggalkan seharusnya mendoakan, bukan terpengaruh oleh pemikiran sendiri atau bisikan dari luar. Kedua, drama ini mengangkat tema penindasan oleh pemimpin munafik. Raja yang digambarkan adalah sosok yang menindas dan licik, yang setelah berkuasa justru membuat rakyatnya menderita,” jelasnya.

Taufiq menyebutkan kendala utama dalam persiapan pementasan adalah waktu yang singkat hanya dua minggu serta aktor yang masih minim pengalaman teater. “Karena ini waktunya cuma dua minggu, manajemennya juga sedikit susah. Yang paling utama adalah teman-teman yang belum pernah menjadi aktor, lalu teman-teman aktor yang masih belum paham dan belum pernah beradegan segala macamnya. Baru aku yang menyesuaikan dengan mereka dan memperdalam lagi bagian-bagian yang kurang,” tuturnya.

Taufiq juga berpesan kepada rekan-rekannya di Sastra Indonesia angkatan 2024 untuk tetap semangat menjalani proses tumbuh dan belajar. “Pesanku buat teman-teman semuanya, jangan pernah merasa gagal dalam apapun, meskipun anggapan orang lain gagal. Proses kita menuju kegagalan itulah yang bikin kita bangkit lagi,” pungkasnya.

Sejalan dengan itu, Mario selaku pimpinan produksi (Pimpro), menekankan bahwa keberhasilan pementasan teater bergantung pada kerja sama tim dan komunikasi yang solid. “Strateginya saling komunikasi, karena satu divisi tidak bisa bekerja sendiri. Divisi satu dengan divisi lain harus selaras, jangan sampai ada miskom,” ujarnya saat diwawancarai pada Sabtu (17/5).

Ia juga mengakui masih terdapat kekurangan, khususnya dalam manajemen waktu tim produksi yang dinilainya masih cukup berantakan dan perlu dibenahi. “Hal yang perlu diperbaiki adalah manajemennya. Kita masih kurang baik dalam manajemen pementasan, terutama di tim produksi yang cukup amburadul karena kami baru pertama kali berproses. Dalam dua minggu itu mungkin tidak cukup, tapi alhamdulillah kami berhasil berproses,” ucap Mario.

Mario berharap pementasan Nuraga Smara bisa memperkuat semangat kebersamaan dan menjadi wadah tumbuh bersama satu angkatan. “Harapan saya adalah memperkuat jalinan solidaritas dari teman-teman Sastra Indonesia 24, yakni Loka Bhasa. Saya harap setelah acara ini, solidaritas kami tidak putus sampai hanya acara ini saja,” tutupnya [].

 

Leave a comment